Mohon tunggu...
Arief Rahman Nur Fadhilah
Arief Rahman Nur Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Psikologi Unair

Suka menyendiri tapi takut sendirian

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada PAUD Tidak Dapat Menggantikan Pembelajaran Tatap Muka

26 Juli 2021   07:17 Diperbarui: 26 Juli 2021   07:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita tahu, dunia sedang dilanda pandemi virus Covid-19. Virus ini memiliki tingkat penyebaran yang tinggi tanpa perlu kontak fisik dari penderita. Seseorang dapat terinfeksi virus ini melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk dan bersin. 

Tetesan kecil tadi lalu jatuh dan  mengenai benda sekitarnya. 

Bila benda yang terkontaminasi droplet tadi disentuh oleh seseorang lalu memegang bagian hidung, mulut atau mata (segitiga awajah), maka orang tersebut dapat terinfeksi virus Covid -19. 

Virus ini juga dapat menyebar bila droplet tadi dihirup langsung oleh seseorang. Sehingga, pemerintah menghimbau masyarakat untuk menghindari kerumunan serta membatasi gerak masyarakat untuk menekan laju penyebaran virus ini. Akibatnya pula, tempat-tempat umum termasuk sekolah dibatasi jam operasinya dan harus ditutup. 

Seluruh kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara luring (luar jaringan) atau online termasuk kegiatan belajar mengajar PAUD (pendidikan anak usia dini). PAUD merupakan sistem pendidikan untuk anak usia dini, anak-anak berumur 0-6 tahun, dan terdiri dari KB (kelompok bermain) dan TK (taman kanak-kanak).

Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran jarak jauh. Metode ini bisa dikelompokan menjadi sinkronus (langsung) dan asinkronus (tidak langsung). Metode sinkronus dilakukan dengan cara murid dan guru berinteraksi secara langsung dalam waktu yang sama melalui media video conference seperti Zoom dan Google Meet. 

Sedangkan metode asinkronus dilakukan dengan memberikan tugas kepada murid yang pengerjaannya tidak harus selesai saat itu juga. Di RA Al-adzkar Bandung Barat, pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan menggunakan Whatsapp Group untuk koordinasi guru, siswa dan orang tua serta media untuk memberikan tugas kepada siswa. 

Namun, metode ini saya rasa tidak dapat menggantikan pembelajaran tatap muka karena terdapat beberapa kebutuhan anak yang tak terpenuhi melalui pembelajaran jarak jauh.

Usia dini 0-6 tahun sering disebut sebagai masa emas. Hal ini dikarenakan masa ini merupakan masa penting dalam tumbuh kembang manusia. Optimal atau tidaknya perkembangan di masa ini akan menentukan bagaimana perkembangan di masa-masa selanjutnya terutama di masa anak hingga remaja. Stimulasi agar anak dapat berkembang dengan optimal sangat diperlukan. 

Kurikulum PAUD dirancang untuk melakukan hal tersebut. Namun, dengan kondisi pandemi yang memaksa harus pembelajaran jarak jauh, kurikulum PAUD tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal sehingga menyebabkan kurangnya stimulasi untuk anak usia dini. Setidaknya terdapat 4 aspek perkembangan yang terkena dampaknya.

Aspek pertama adalah aspek motorik anak. Motorik ini berarti setiap hal yang berkaitan dengan gerak gerik anak. Hal-hal seperti kemampuan anak memegang benda, mengkoordinasikan gerakan tangan, hingga aktivitas seperti berlari hingga melompat, merupakan hal-hal yang termasuk dalam aspek motorik anak. Mungkin ada yang bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa ada taman bermain di setiap TK?. 

Nah, taman bermain ini difungsikan agar anak dapat mengembangkan kemampuan motoriknya. 

Permainan jungkat jungkit dapat melatih koordinasi keseimbangan tubuh. Ayunan selain melatih keseimbangan tubuh, nak dilatih juga untuk menemukan ritme yang sesuai agar ayunan dapat mengayun dengan lancar. 

Lapangan luas dapat digunakan anak untuk berlari dan melatih kekuatan otot kaki sekaligus berolahraga. Stimulus tadi cukup sulit dilakukan dirumah apalagi bila rumah sang anak tidak memiliki halaman yang luas atau tempat bermain. 

Terlebih lagi dengan pengondisian rumah yang sekarang anak banyak dihadapkan pada gadget semakin meminimalisir stimulasi dalam aspek motorik anak.

Aspek kedua adalah aspek kognitif. Aspek ini merupakan kemampuan berpikir anak. Salah satu cara untuk melatih hal ini adalah dengan cara bermain. Permainan yang dimainkan oleh anak usia dini harus disesuaikan dengan usia mereka.

Anak umur 5 tahun, mereka sudah mampu menirukan apa yang dikerjakan orang-orang disekitarnya. 

Misalkan anak melihat orang tua mereka yang berprofesi sebagai koki sedang memasak di dapur, anak dapat menirukan hal tersebut dengan benda-benda di sekitar mereka. 

Semakin banyak barang yang bisa digunakan oleh anak, semakin luas pula imajinasi mereka dalam melakukan permainan meniru tadi. 

Dirumah, anak seringkali dilarang oleh orang tuanya menggunakan barang-barang dirumah karena takut anak merusak barang tersebut. Berbeda apabila anak dapat bermain di KB atau di TK. Disana pasti telah disediakan berbagai macam barang yang dapat dimainkan anak dengan bebas.

Aspek ketiga adalah aspek bahasa. Aspek ini meliputi kemampuan anak mendengarkan kata, menghasilkan kata, dan merangkai kata untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. 

Melatih anak berbahasa yang paling efektif adalah dengan berbicara dengan anak. Berbicara akan memaksa anak untuk merangkai kata-kata yang telah didapat untuk berkomunikasi dan menuangkan apa yang anak pikirkan kedalam kata-kata yang dapat dipahami lawan bicaranya. 

Dalam berkegiatan di PAUD, anak sudah dikondisikan oleh guru untuk aktif berkomunikasi dan berbicara dalam kelas. Baik untuk menjawab apa yang guru tanyakan atau sekedar berbicara dengan teman sebayanya di dalam kelas. Hal ini tentunya akan terus menerus mengasah kemampuan berbahasa anak. 

Di rumah, intensitas anak untuk berbicara dan berkomunikasi akan lebih terbatas. Terkadang keluarga dirumah tidak sempat atau bahkan tidak paham dengan kemauan anak dan meminimalisir untuk berkomunikasi dengan anak. 

Kemampuan berbahasa nantinya akan penting untuk anak. Karena apabila di usia dini anak telah memiliki kemmapuan berbahasa yang bagus, hal ini akan memudahkan anak untuk belajar membaca dan menulis sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke jenjang sekolah dasar.

Aspek terakhir adalah aspek sosial. Aspek sosial meliputi kemampuan anak dalam berinteraksi dan menjalin hubungan pertemanan dengan teman sebaya dan orang-orang di sekelilingnya. 

Idealnya memang anak usia dini dipertemukan dengan teman sebayanya. Interaksi anak dengan teman sebayanya akan menstimulasi banyak hal dalam perkembanganya sepertii yang telah disinggung pada aspek-aspek sebelumnya. Manfaat lain dari interaksi anak dengan teman sebayanya adalah melatih emosi anak. 

Dalam berinteraksi dengan teman, pasti akan banyak sekali proses pertukaran di dalamnya. Disinilah tempat anak belajar untuk mengkompromikan ego pribadinya. 

Misalkan saat di satu ruangan bermain, terdapat beberapa anak yang ingin memainkan hal yang sama. Guru pasti akan mengarahkan anak-anak tadi untuk bermain bergantian. Rasa ingin menguasai sendiri mainan tersebut terpaksa harus disingkirkan. 

Selain itu, emosi juga dapat dilatih melalui kompetisi. Kompetisi kecil-kecilan misalnya lomba memakai baju atau lomba makan yang diadakan oleh guru. Dari kompetisi tersebut, pastilah akan ada yang menang dan kalah. 

Bila menang, anak akan merasakan emosi postif seperti bahagia dan bila kalah akan merasakan emosi negatif seperti sedih. Dirumah, biasanya anak akan dipaksa untuk mennyembunyikan emosi negatifnya. 

Seringkali orang tua atau keluarga memarahi anak saat anak menangis karena merasa sedih. Bila terjadi terus menerus, ini tidak bagus untuk perkembangan anak karena dikemudian hari, anak akan kesulitan dalam mengenali emosinya sendiri.

Memang di masa pandemi ini kita tidak dapat memaksakan kehendak agar sekolah bisa dibuka dan pembelajaran tatap muka berlangsung. Maka dari itu, untuk dapat meminimalisir dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh, disinilah peran orang tua atau pengasuh anak sangat krusial. 

Peran orang tua atau pengasuh anak sebagai perantara guru dirumah dan untuk memastikan anak mendapatkan stimulus yang dibutuhkan dengan mengerjakan dengan baik instruksi dari guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun