Masa pandemi akibat virus Corona sangat berpengaruh terhadap keuangan secara global maupun individual. Beruntung bagi mereka yang sudah menjalankan atau mengatur keuangannya dengan baik sehingga mampu dan siap untuk menghadapi krisis seperti ini.Â
Lalu bagaimana dengan mereka yang selama ini mengatur keuangannya dengan prinsip let it flow dan tanpa perencanaan yang matang?
Tentu saja kondisi seperti ini akan dirasakan semakin berat dengan berkurangnya pemasukan bahkan mungkin hilang ditambah tidak adanya dana cadangan yang disiapkan akan semakin memperparah kondisi keuangan seseorang.
Ahmad Gozali dalam bukunya yang berjudul Habiskan Saja Gajimu! mengatakan bahwa banyak alasan yang membuat seseorang sulit bahkan gagal dalam untuk mengatur keuangannya. Mulai dari alasan uangnya yang dirasa pas untuk kehidupan sehari-hari sampai dengan alasan kebutuhan yang terus meningkat.
Sehingga, tidak ada sisa sedikit pun uang yang digunakan untuk menabung. Dan jika disimpulkan bahwa kegagalan selama ini lebih karena bukan kekurangan uang tetapi karena uangnya terlanjur terpakai.Â
Mindset yang selama ini digunakan untuk berinvestasi adalah kita harus MENYISAKAN uang di akhir bulan.
Sehingga dalam prinsip ini aturan dalam mengatur keuangan adalah HARUS ADA SISAÂ uang yang yang ditabung.Â
Jika kita membuka semua buku ekonomi disebutkan bahwa uang berfungsi sebagai alat bayar sehingga uang dirasa lebih enak untuk dibelanjakan daripada disimpan lebih enak untuk dihabiskan daripada disisakan.
Hal ini yang menjadikan seseorang terpaksa ketika mengatur keuangannya dan pada akhirnya gagal.
Mulai sekarang mari kita coba ubah pola pikir kita yang tadinya MENYISAKAN menjadi MENGHABISKAN. Tentu saja menghabiskannya harus di jalan yang benar.
Sebelum membahas bagaimana caranya menghabiskan di jalan yang benar, maka kita harus tahu bahwa ada 4 kategori pengeluaran yaitu:
1. Pengeluaran Sosial (Hak Allah)
Pengeluaran ini sebagai wujud syukur kita kepada Allah yang telah memberikan rezeki kepada kita.
Agama Islam mengatur pengeluaran sosial ini minimal 2,5% dari penghasilan yang diatur dalam zakat karena 2,5% tadi bukan merupakan milik kita tetapi milik Allah yang dititipkan kepada kita untuk disalurkan kepada yang berhak.
Pengeluaran bisa berbentuk zakat, sumbangan, sedekah, perpuluhan, persembahan, santunan dan lain-lain.
2. Pengeluaran Cicilan Utang
Jika pengeluaran sosial disebut hak Tuhan maka pengeluaran ini disebut hak orang lain.
Pengeluaran ini menjadi yang terpenting kedua karena bila kita melewatkan atau menundanya maka akan memberikan dampak psikologis bagi kita karena berhubungan dengan orang lain.
Pengeluaran ini bisa berbentuk kartu kredit rumah, kredit kendaraan, kredot panci dan lain-lain.
3. Pengeluaran Saving
Pengeluaran ini adalah hak kita di masa depan. Pengeluaran ini harus kita siapkan karena untuk menjamin kehidupan kita di masa depan.
Istilah saving di sini tidak hanya menabung tetapi digunakan juga untuk kegiatan membeli emas, investasi reksdana, membeli saham, dan membayar premi asuransi.
4. Pengeluaran Biaya Hidup (shopping)
Pengeluaran ini adalah hak kita di masa sekarang. Pengeluaran ini untuk memenuhi kebutuhan kita di saat sekarang. Pengeluarannya bisa berupa belanja bulanan, pulsa, BBM, listrik, uang saku, biaya sekolah, jajan dan lain-lain.
Setalah kita mengetahui 4 jenis pengeluaran tadi maka kita susun prioritasnya dalam aturan yang benar sesuai dengan sifatnya yaitu pengeluaran yang bersifat fixed (tidak bisa diubah) dan fleksible (masih bisa kita ubah).Â
Dengan demikian maka yang harus kita prioritaskan adalah sesuai dengan urutan yang diatas yaitu pengeluaran sosial, kemudian pengeluaran utan, baru pengeluaran saving dan terkahir pengeluaran shopping.
Perlu juga diingat bahwa dalam melakukan investasi berpikirlah dengan cara kanan (right) bukan cara kiri (left).
Maksudanya adalah Invest right after you get income bukan Invest what left on your income.
Ada dua aturan dalam menghabiskan uang di jalan yang benar agar cashflow kita tetap sehat yaitu:
a. Pay your God first
b. Saving dulu baru shopping
Prinsip ini harus dijadikan landasan dalam pengaturan keuangan agar keuangan kita sehat. Apakah kita sering menyesal saat setelah selesai belanja? Atau ragu-ragu saat melihat baju/HP/sepatu dengan harga diskon yang lumayan karena takut tidak ada uang untuk makan atau bahkan untuk menabung?
Jika iya maka saatnya kita meninggalkan itu semua dengan mengganti cara pengaturan keuangan kita.Â
Dengan mendahulukan pengeluaran wajib maka dijamin kita bisa mengukur kemampuan untuk membeli sebuah barang, bahkan jika masih ada uang belanja harian yang cukup banyak kita bisa belanjakan tanpa khawatir lagi tidak ada pengeluaran untuk sedekah, bayar hutang, dan saving.
Seiring dengan berjalannya waktu meskipun pendapatan kita meningkat toh tetap saja sisa uang yang digunakan untuk menabung tetap kecil.
Hal ini dikarenakan sistem pengaturan uang kita masih menggunakan cashflow orang miskin di mana urutan saving ditaruh di akhir dan tentu saja ini yang sering kita lakukan yaitu menabung sisa dari pengeluaran yang biasanya kecil bahkan seringkali tidak ada. Iya apa iya?
Sedangkan jika kita menggunakan cashflow orang kaya maka uang yang kita alokasikan untuk investasi dan tabungan semakin meningkat bahkan uang yang akan kita habiskan untuk shopping juga meningkat.Â
Saat ini yang perlu kita lakukan adalah mengubah mindset kita dalam mengatur keungan yaitu dengan cara menghabiskan penghasilan bukan menyisakan.
Cara ini pun cukup mudah dilakukan yaitu tinggal mengganti posisi apa yang akan kita keluarkan lebih dulu.Â
Cara ini pun akan membuat kita lebih aware dengan kondisi keuangan dan juga membuat kita nyaman saat berbelanja karena tidak perlu khawatir tidak ada uang yang harus digunakan sebagai tabungan/investasi atau membayar kewajiban kita seperti amal dan membayar hutang.Â
Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H