Hasil asesmen lainnya memotret soal indeks Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia siswa yang tinggi. Namun penghargaan terhadap kebinekaan yang rendah. Ditambah dengan kasus-kasus perundungan yang kerap terjadi dan kekerasan seksual kepada siswa yang masih tinggi pula.
Jika melihat pada hasil Asesmen Nasional ini menunjukkan bahwa, konten pengajaran dan pendidikan agama belum terintegrasi dengan perilaku iman, takwa, dan akhlak.Â
Jika hal ini dibiarkan, maka akan berdampak pada generasi mendatang. Kita akan banyak memiliki generasi yang cakap dan pintar, namun nirkarakter. Ini menjadi persoalan dan pekerjaan rumah besar bagi guru agama.Â
Bisa kita lihat bersama bahwa persoalan ini rupanya bermuara pada keterbatasan guru agama di sekolah. Sehingga praktik pembelajaran pendidikan agama masih belum optimal diberikan kepada siswa. Ditambah dengan sebagian siswa beragama lain (Kristen) tidak mendapat pelajaran agama di sekolah sehingga perkembangan siswa tidak terpantau.
Pengajaran Agama yang tersekat
Kompleksnya persoalan guru agama bagai benang yang sulit diurai. Ia berkait kelindan dari satu persoalan ke persoalan lainnya. Misalnya, pengajaran agama yang masih tersekat antar batas-batas agama, konten pengajaran yang masih berorientasi pada praktik ritual-individual, bahkan kecenderungan guru yang memiliki pandangan  intoleran.Â
Berdasarkan hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, melaporkan bahwa 57 persen guru berpandangan intoleran terhadap pemeluk agama lain, dan 37,77 persen lainnya berkeinginan untuk melakukan Tindakan intoleran.
Narasi intoleransi yang diwariskan guru agama akan menjadi satu warisan kolektif tersendiri bagi siswa yang menimbulkan sekat-sekat dan pembatasan antar agama.Â
Guru agama tidak hanya berperan untuk mengajarkan siswa cara beribadah, akan tetapi juga berperan dalam menanamkan karakter toleran dan akhlak mulia kepada siswa.Â
Menjaga iklim keagamaan yang inklusif dan moderat. Guru menjadi actor local di sekolah agar mampu membentengi siswa dari tindakan kekerasan, intoleransi, sikap eksklusif, dan paham-paham radikal-teroris yang merongrong ideologi bangsa.
Mari bersama-sama sedikit mengurai ragam problematika yang dihadapi guru agama dengan senantiasa menyemai nilai toleransi. Memiliki pemikiran yang terbuka, adaptif terhadap perkembangan teknologi, mampu merespon zaman dengan bijak.Â