1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.Â
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
(QS. Al-Qodar 1-3)Â
Untuk mendapatkan malam ini maka kita dapat merujuk sebuah hadist,
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan." (HR Bukhari dalam Shahih-nya dan terdapat dalam Fath Al-Baari bab Fadhl Lailatul Qadar. Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat ini dalam Shahih-nya).
Ada perbedaan Penentuan bulan Ramadan yaitu sistem Rukyat dan Hisab. Dalam Hisab pun terjadi perbedaan dimana ada yang menentukan 0,0001 derajat hilal (hisab hakiki Wujudul Hilal) sedangkan MABIMS menetapkan 3 derajat Hilal untuk menentukan masuknya hilal/bulan baru.Â
Sementara di Mesir 4 derajat dan komunitas di AS 15 derajat sehingga dalam hisab juga terjadi perbedaan di beberapa tempat, hal ini karena merupakan kesepakatan bersama menentukan derajat hilalnya sedangkan hisab hakiki wujudul hilal berdasarkan data ASTRONOMIS. Dengan adanya perbedaan ini maka muncul juga "Ketidakpastian" menghitung Ramadan.
Jika kita di hadapkan pada suatu ketidakpastian maka kita akan mengalami kebinggungan. Misal seseorang apakah besok terjadi hujan ? jika mengacu pada perkiraan cuaca maka ada sekian persen terjadi hujan dan juga sebaliknya ada sekian persen terjadi cuaca cerah. Ini adalah salah satu dari Ketidakpastian.
Pada Fisika ada prinsip ketidakpastian (juga dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg) dalam mekanika kuantum adalah salah satu dari berbagai pertidaksamaan matematis yang menyatakan bahwa adalah (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel. Prinsip ini pertama kali dicetuskan oleh fisikawan Jerman bernama Werner Heisenberg pada tahun 1927.
Prinsip ketidakpastian menyatakan bahwa semakin tepat posisi suatu partikel ditentukan, semakin tidak tepat momentumnya yang dapat diprediksi dari kondisi awal, begitu pula sebaliknya.
Ketidakpastian merupakan sifat yang melekat pada alam. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa kita tidak dapat menentukan posisi dan momentum suatu partikel secara bersamaan dan akurat. Kita juga dapat menyimpulkan bahwa konsep posisi eksak dan kecepatan eksak secara bersamaan, pada kenyataannya, tidak mempunyai arti apa pun di alam.
Pengalaman biasa dalam sains tidak akan memberikan petunjuk apa pun mengenai prinsip ini. Hal ini disebabkan oleh kemudahan untuk mengukur posisi dan kecepatan suatu benda. Hal ini karena ketidakpastian yang tersirat dalam prinsip ini terhadap objek biasa terlalu kecil untuk dapat diamati.
Oleh karena itu, hasil kali ketidakpastian posisi dan kecepatan sama dengan atau lebih besar dari besaran fisika yang sangat kecil. Jadi, hanya untuk massa atom dan partikel subatom yang sangat kecil maka hasil kali ketidakpastian tersebut akan menjadi signifikan.
Menurut hipotesis de Broglie , setiap benda di alam semesta berhubungan dengan gelombang . Jadi setiap benda, mulai dari partikel elementer hingga atom, molekul, hingga planet dan seterusnya, tunduk pada prinsip ketidakpastian.
Prinsip ketidakpastian menjadi sebuah perubahan paling mendasar dalam filosofi dasar ilmu pengetahuan.
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara di sejumlah bidang, termasuk filosofi, fisika, statistika, ekonomika, keuangan, asuransi, psikologi, sosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan informasi. Ketidakpastian berlaku pada perkiraan masa depan hingga pengukuran fisik yang sudah ada atau yang belum diketahui.
Contohnya, jika Anda tidak tahu apakah besok hujan, maka Anda mengalami ketidakpastian. Bila Anda menerapkan kemungkinan ini pada hasil memungkinkan yang menggunakan perkiraan cuaca atau penilaian kemungkinan terkalibrasi, Anda telah memperkirakan ketidakpastian.
(wikipedia)
"Ketidakpastian" dalam Lailatul qodar sejati merupakan rahmat dan hikmah dimana dengan ketidakpastian itu kita di tantang untuk Istiqomah / dalam mendapatkannya melakukan ibadah.
keberkahan dan keistimewaan Lailatul Qadar diakui sebagai lebih besar daripada seribu bulan. Namun, jika tanggal pastinya diketahui, mungkin orang-orang akan cenderung mengabaikan ibadah di malam-malam lainnya dan hanya fokus pada malam tersebut. Dengan tidak mengetahui tanggal pastinya, umat Islam diajak untuk secara konsisten dan berkelanjutan meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah di malam-malam terakhir bulan Ramadan.
Untuk menggapai lailatul qodar ada baiknya melakukan I'tikaf yang lebih utama dilakukan di Mesjid Jami (melaksanakan sholat Jumat), Terkait durasi I'tikaf, di kalangan ulama berbeda pendapat. Al-Hanafiyah berpendapat bahwa i'tikaf dapat dilaksanakan pada waktu yang sebentar tapi tidak ditentukan batasan lamanya, sedang menurut al-Malikiyah i'tikaf dilaksanakan dalam waktu minimal satu malam satu hari.
Jika kita mendapatkan Lailatul Qodar sejatinya bukan hanya pada malam tersebut kita beribadah sehingga ibadah kita mendapat ganjaran 1000 bulan akan tetapi yang paling utama adalah jika kita mendapat Lailatul Qodar maka waktu ke depan Aqidah,Ibadah dan Ahlak kita menjadi lebih baik dan meningkat.
Maka menjadi pertanyaan besar jika seseorang mengaku mendapat Lailatul qodar dengan ber I'tikaf di Mesjid Jami, akan tetapi tetap melakukan maksiat seperti Ghibah, Fitnah, Syrik dan lain-lainnya maka Lailtul Qodar yang di dapat adalah "Lailatul KEDER" ?. (he-he...bercanda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H