Mohon tunggu...
Arief Nurharyadi
Arief Nurharyadi Mohon Tunggu... Sales - Suka membaca dan berandai-andai

Baca/Iqro tidak hanya membaca yang Tertulis tetapi juga membaca yang TIDAK Tertulis.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Benarkah RAUDHAH = Taman Surga ?

31 Maret 2024   23:59 Diperbarui: 1 April 2024   00:39 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Mihrab_di_Raudhah.jpg

Dahulu Raudhah terletak di luar halaman Masjid Nabawi, yaitu di antara rumah Rasulullah SAW dan mighrab atau mimbar di Masjid Nabawi. Kini setelah Masjid Nabawi diperluas, lokasi Raudhah terletak di dalam masjid, dengan ukurannya yang hanya 22 x 15 meter. Lokasi itulah yang menjadi taman surga yang tak pernah sepi oleh jamaah haji dan umroh. 

Kawasan Raudhah ditandai dengan karpet berwarna hijau muda yang sangat berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam masjid Nabawi. Sebab ruangan lain di dalam masjid Nabawi didominasi dengan karpet yang berwarna merah. Kawasan Raudhah juga memiliki 5 pilar atau tiang yang berwarna putih dengan atap yang berhiaskan ornamen kaligrafi klasik.

Raudhah adalah tempat yang sangat mulia dimana dahulu Rasulullah Salallahu alaihi wasalam melakukan ibadah, memimpin shalat, menerima wahyu dan juga menjadi tempat ibadah bagi para sahabat. Lokasi Raudhah sebenarnya merupakan tempat shaf bagi para laki-laki dan hanya terbuka bagi kaum perempuan pada jam-jam tertentu. Yaitu pada saat waktu dhuha, waktu dhuhur, dan waktu isya. Banyak cerita dari para jemaah perempuan yang berdesak-desakan dan bergemuruh ketika antri untuk mendapatkan tempat di Raudhah. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan keistimewaan Raudhah yaitu berkali lipat dibandingkan laki-laki.

Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan keutamaan Raudhah. Diantaranya,

[1] Hadis dari Abdullah bin Zaid al-Mazinni radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman surga.” (HR. Bukhari 1195 & Muslim 3434).

[2] Hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang semisal, hanya ada tambahan redaksi,

وَمِنْبَرِى عَلَى حَوْضِى

“Dan mimbarku di atas telagaku..” (HR. Bukhari 1196 & Muslim 3436).

[3] Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْبَرِي هَذَا عَلَى تُرْعَةٍ مِنْ تُرَعِ الْجَنَّةِ

“Mimbarku ini merupakan salah satu tur’ah surga.” (HR. Ahmad 9812 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Ada pengertian hadist ini secara tersurat dan tersirat (majaz) Jika kita memahami secara tersirat maka dapat kiranya di pahami bahwa Rumah dan Mimbar Rasullulah SAW merupakan taman surga bila kita ingin mendapatkan taman surga maka dapat kiranya mencontoh dan menauladani kehidupan Nabi di Rumah (keluarga) dan Mimbar (dakwah/majelis).

1. Di RUMAH/KELUARGA.

Kehidupan keluarga Nabi sangatlah indah, bahagia dan selalu dalam Tauhid. Dalam kesibukannya berdakwah nabi tetap konsisten beribadah di rumahnya bahkan jika sholat malam kaki nabi sampai bengkak karena lamanya ibadah sholat malam. Selain itu nabi juga berintraksi dengan baik dengan istri-istrinya contoh dengan Siti Aisyah ra, hubungan yang tidak hanya baik tetapi juga romantis seperti yang diceritakan oleh Aisyah ,

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم  مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُوْلُ دَعْ لِيْ دَعْ لِيْ قَالَتْ وَهُمَا جُنُبَانِ

“Aku mandi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu tempayan (yang diletakan) antara kami berdua, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahuluiku (dalam mengambil air dari tempayan) hingga aku berkata, “Sisakan air buatku, sisakan air buatku”. Mereka berdua dalam keadaan junub. (HR Muslim I/257 no 321).

Setelah kematian Siti Khodijah barulah beliau menikah lagi dengan wanita lain akan tetapi karena ahlak beliau yang baik maka berdampak juga saat interaksi beliau ﷺ bukan saja kepada sanak keluarga dekat, di sisi lain beliau juga sangat peduli terhadap kerabat dan teman akrab istri. Setiap kali Rasulullah ﷺ menyembelih kambing, ia berkata: ‘Kirimkan sebagiannya kepada teman-teman Khadijah.’ (HR. Muslim). Padahal, Khadijah sudah meninggal dunia. Tapi, tetap saja Rasulullah ﷺ berbuat baik kepada kerabat dan teman akrabnya. Begitu pedulinya beliau kepada keluarga Khadijah, sampai-sampai ‘Aisyah pernah merasa cemburu dengannya.

Peristiwa menarik lain yang bisa diungkap di sini, selepas perang Badar, ada beberapa sanak keluarga nabi ﷺ (seperti: Abbas bin Abdil Muthalib, Abu `Āsh bin Rabi`), menjadi tawanan perang. Rasulullah ﷺ akhirnya bermusyawarah dengan Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar berpendapat lebih baik tawanan itu dibebaskan dengan tebusan, karena di antara mereka adalah masih saudara dan famili. Hal itu dilakukan dengan harapan Allah ﷻ memberi petunjuk mereka pada Islam. Umar berpendapat lain. Menurutnya, orang seperti mereka harus dihabis. Rasul ﷺ pun lebih condong pada pendapat Abu bakar (Maqrezi, Imtā`u al-Asmā`, 344). Ini menunjukkan, bagaimana kepedulian nabi kepada kerabatnya.

2. MIMBAR.

Selain Rumah maka Mimbar Rasululloh juga merupakan panutan kita, bagaimana mimbar itu digunakan untuk membangun kemashalatan umat dengan seringnya para sahabat berkumpul dan berdiskusi sehingga terbentuk komunitas yang berahklak dan bertauhid dikuatkan juga dengan Wahyu yang diturunkan disana maka majelis Ilmu Islam ini insya Alloh akan membawa kita ke Surga. Untuk mendapatkan surga maka pembentukan majelis-majelis ilmu dapat di lakukan dimana saja dan bila kita membentuknya maka Ini merupakan kendaraan atau wasilah kita ke surga. Wasilah adalah alat atau kendaraan bukan menjadi penentu untuk menjadikan kepastian kita mendapat surganya. Begitu juga bila kita beranggapan bahwa Raudhah adalah salah satu taman surga maka bisa jadi Raudhah adalah wasilahnya karena belumlah jaminan jika kita berdoa dan beribadah disana akan tetapi kita tidak/belum menauladani aktifitas nabi di rumah (Keluarga) dan di Mimbarnya akan pasti mendapat surga.

Wasilah ke surga dapat kita juga dapatkan dari hadis berikut ini,

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ، فَارْتَعُوا “، قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: ” حِلَقُ الذِّكْرِ

Apabila kalian melewati taman surga, mendekatlah. Sahabat bertanya, “Apa itu taman surga?” beliau bersabda, “Halaqah ilmu.” (HR. Turmudzi 3852, Ahmad 12523 dan dishahihkan al-Hakim)

Taman Surga merupakan bagian dari surga tetapi itu belum jaminan untuk masuk ke surga. Wasilah atau petunjuk berupa taman surga menjadikan kita tahu dan menyadari bagaimana untuk menuju ke surga melalui tamannya. Dalam bertauhid maka Niatan untuk masuk surga tidak dilarang karena hal itu ada dalam al quran dan hadist, akan tetapi sejatinya penentuan masuk Surga sendiri adalah *Hak Prerogratif Allah* oleh karena itu Ikhtiar atau ibadah kita akan lebih fokus bila di dasarkan karena Allah, bisa jadi surga dan neraka bersifat sementara untuk orang-orang tertentu. 

 

كُلُّ شَيْءٍ خَلْقُ اللَّهِ وَمِلْكُ يَدِهِ فَ-لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Segala sesuatu adalah ciptaan Allah, kekuasaan berada di tangan-Nya. ‘Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, akan tetapi merekalah yang akan ditanya tentang perbuatan mereka’(QS. Al-Anbiya’: 23)

"Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".(QS. Ali Imran [3] : 27)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun