Mohon tunggu...
Arief Nurharyadi
Arief Nurharyadi Mohon Tunggu... Sales - Suka membaca dan berandai-andai

Baca/Iqro tidak hanya membaca yang Tertulis tetapi juga membaca yang TIDAK Tertulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama = Ahlak ?

8 Mei 2022   00:09 Diperbarui: 22 April 2024   10:02 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cartoonmovement.com/cartoon/freedom-religion-0

Disinilah budaya kejujuran nyata terbentuk, selain warganya yang jujur, juga disini peran Polisi sebagai amanat penerima barang-barang yang hilang terbukti dengan tingginya persentase penerima pemilik barang-barang yang hilang. Inilah aksi nyata dari tolong menolong dalam kebaikan...sehingga mereka telah melaksanakan firman Allah : 

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran". (Al-Maidah: 2).

Bandingkan dengan persentase kehilangan di New York yang hanya 6% kembali misalnya atau dengan negara lain yang mana bila seseorang mengalami kehilangan ayam dan melaporkannya akan tetapi malah mengalami peningkatan kehilangan menjadi kehilangan sapinya atau bahkan kehilangan jiwanya (negeri Konoha ?).

Ahlak yang baik berupa kejujuran ini dan kerjasama dalam kebaikan adalah sangat baik akan tetapi ada hal lain di Jepang dengan persentase yang tinggi dibanding negara lain yaitu Bunuh Diri.

World Population Review pada agustus 2018 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, ada 23.532 orang yang bunuh diri di Jepang. Sebagian besar di antaranya adalah laki-laki berusia 20-44 tahun. Sementara korban bunuh diri perempuan biasanya berusia 15-34 tahun.

Pada Oktober 2020, Jepang mencatat total 20.919 kematian akibat bunuh diri, sementara kematian akibat pandemi COVID-19 berada di angka 3.460 jiwa.

Mengapa orang jepang mudah melakukan bunuh diri, Wataru Nishida, psikolog dari Universitas Temple, Tokyo, Jepang, menyebutkan kalau Jepang memiliki tradisi selama berabad-abad untuk bunuh diri demi kebanggaan. Istilah seppuku atau harakiri yaitu mengembalikan kehormatan merupakan budaya yang berakar kuat dan para samurai melakukannya, pun demikian para pilot saat berakhirnya Perang Dunia ke-2 pada 1945. Dan itu sepertinya menjadi alasan kultural mengapa Jepang lebih "mudah" memutuskan untuk bunuh diri.

Tak hanya itu, Nishida mengatakan, tidak ada sejarah agama yang kuat di Jepang juga menjadi pemicunya. "Jepang tidak punya sejarah agama yang kuat. Jadi, bunuh diri di sini bukanlah dosa. Bahkan, beberapa melihatnya sebagai bentuk tanggung jawab," kata Nishida.

Pentingnya peran Agama menjadi wajib bagi kesempurnan Ahlak manusia. Dalam Islam jelas-jelas diatur hubungan antara manusia dangan manusia dan manusia dengan Tuhan. Ketika kita hanya memfokuskan pada Ahlak maka kebaikan itu berfokus pada manusia. Akan tetapi ketika kita mengalami cobaan maka jalan keluar berupa bunuh diri menjadikan hal biasa karena tidak mengganggu manusia lain. Berdalih sebagai harga diri dan tidak mau menyulitkan orang lain maka tindakan bunuh diri merupakan hal terbaik, demikian setan dengan mudahnya merasuki pikiran dengan konsep kebaikan "ahlak" terhadap manusia.

Sejatinya selain hubungan dengan manusia maka hubungan dengan Tuhan juga harus dijaga dan dipertahankan. Bila kita kembali pada Tuhan maka firman-firman Tuhan ada dalam kitab suci dan Agama. Bunuh diri merupakan bentuk dari putus asa / harapan dari seseorang karena merasa tidak ada yang dapat menolongnya atau dosa-dosanya tidak terampuni padahal jika mengacu pada firman tuhan, ....."Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Q.S. Az-Zumar : 53. 

Inilah beda orang berahlak baik dengan mendasari atas tujuan Manusia dengan orang berahlak baik atas perintah Tuhan YME. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun