Jika anda mengalami kehilangan sesuatu barang maka berapa persen anda yakin barang anda akan kembali ?
Banyak yang beranggapan bahwa barang yang hilang agar direlakan sehingga nanti Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dengan kata lain kita jangan terlalu berharap atau ikhlaskan saja.
Namun, ada satu tempat di mana ada kemungkinan besar Anda bisa bertemu lagi dengan barang-barang hilang itu yaitu Jepang khususnya kota Tokyo.
Sebagai kota terpadat di dunia no.1 menurut macrotrends PBB 2021 maka populasi di Tokyo adalah 37,7 juta jiwa dan Osaka 19,1 juta jiwa (no.10), dengan populasi yang besar maka terjadi jutaan barang hilang di Tokyo setiap tahunnya. Tetapi sebagian besar sampai dengan 80% barang itu kembali ke pemiliknya.
Pada tahun 2018, lebih dari 545.000 kartu identitas dikembalikan kepada pemiliknya oleh Polisi Metropolitan Tokyo - 73% dari jumlah total kartu yang hilang.
Ada pula 130.000 ponsel (83%) dan 240.000 dompet (65%) yang ditemukan. Barang-barang ini seringkali dikembalikan pada hari yang sama.
Dalam sebuah riset yang membandingkan praktik pengembalian barang di New York dan Tokyo, 88% ponsel yang hilang dikembalikan ke polisi di Tokyo. Sementara, hanya 6% ponsel yang hilang di New York yang dikembalikan, serta sebanyak 80% dompet yang hilang di Tokyo dikembalikan dan di New York, angkanya hanya 10%.
Ketika seseorang kehilangan barang di Jepang, biasanya mereka langsung datang Koban / kantor polisi atau ke Lost and Found Center. Barang-barang yang hilang dan di laporkan di Koban akan disimpan selama 3 hingga 4 hari lalu setelah itu akan diserahkan Metropolitan Police Lost & Found Center yang berada dekat stasiun Lidabashi.Â
Anak-anak seringkali juga melaporkan barang-barang yang hilang seperti uang walaupun hanya 1 atau 5 yen ke Koban. Kejujuran anak-anak merupakan hasil dari pengajaran orang tua dan guru mereka dimana mereka percaya kepada Koban / kantor polisi dan paling tidak anak-anak tahu dimana lokasi kantor Koban. Selanjutnya kantor Koban melakukan pendataan dan melaporkan temuan barang-barang tersebut secara online sehingga ada transparasi dan masyarakat mudah mengetahuinya.
Konsep Jepang hitono-me yang berarti 'mata masyarakat' adalah bagian penting dalam proses itu, Konsep ini mencegah orang-orang Jepang melakukan hal tercela, walaupun tidak ada polisi.