Total cadangan batu kapur di Indonesia yang dapat dimanfaatkan adalah 28,678 miliar ton. Penggunaan batu kapur yang paling banyak adalah untuk industri semen, yang saat ini kapasitas terpasang industri semen di Indonesia sebesar 105 juta ton/tahun dengan konsumsi semen di tahun 2016 sebesar 70 juta ton dengan kata lain dari potensi 28,678 miliar ton dan penggunaan 100 juta ton per tahun, maka SDA batu kapur dapat dimanfaatkan sampai 286,7 tahun. Bandingkan dengan cadangan minyak yang hanya tinggal 10 tahun ataupun cadangan gas yang hanya 35 tahun, ataupun juga batubara yang tinggal 100 tahun.
Maka tidak berlebihan dikatakan jika salah satu indusri di Indonesia yang berpeluang untuk eksis/berkembang adalah industri semen. Maka di tahun 2013 belasan industri semen kelas dunia merangsek masuk ke Indonesia, baik menambah kapasitas maupun industri semen baru seperti Indocement (mayoritas saham Heidelberg Jerman) merek Semen Tiga Roda, Holcim (Swiss), Conch (China) merek CONCH, CNBM (China), Juisin (Taiwan) merek Semen Garuda, Ultratech (India), Siam Cement (Thailand) merek Semen Jawa, ataupun konglomerat Indonesia seperti Semen Merah Putih dan lainnya.
Pertanyaannya adalah apakah cara beroperasi pabrik semen di Indonesia akan sama dengan cara beroperasi Freeport, ataupun industri tambang batubara yang mayoritas meninggalkan kubangan besar yang "nyaris tanpa reklamasi" sehingga pasca beroperasinya perusahaah berbasis SDA tersebut justru meninggalkan kerusakan alam yang lebih parah.
Belajar pada Semen Gresik di Tuban
Berbicara industri semen di Indonesia, maka BUMN semen memiliki jejak sejarah yang panjang. Mulai PT Semen Padang yang merupakan industri semen pertama dibangun di Indonesia tahun 1910 oleh Belanda, sampai dengan industri semen yang dibangun pertama kali sejak Indonesia merdeka oleh Presiden Soekarno yaitu PT Semen Gresik di tahun 1957 ataupun industri semen di Indonesia Timur yang dibangun oleh Presiden Soekarno yaitu PT Semen Tonasa untuk menggenjot pembangunan disana termasuk pembangunan di Papua yang di tahun 1962 bergabung ke Indonesia.
Pabrik Semen Gresik di Tuban yang memiliki kapasitas produksi 14,5 juta ton/th merupakan bagian dari Semen Indonesia Group adalah salah satu industri yang menjadi referensi bagi industri semen di Indonesia dalam konteks industri ramah lingkungan yang telah menerapkan 3 (tiga) unsur sekaligus yaitu : menambang ramah lingkungan, proses produksi yang efisien dan menggunakan limbah sebagai substitusi bahan baku, serta produk hilir yang ramah lingkungan dengan penjelasan sebagai berikut :
A. Cara Menambang ramah lingkungan dan reklamasi tambang yang mampu meningkatkan kesuburan dan daya dukung pertanian :
   Penambangan diarea batu kapur
- PT Semen Gresik menerapkan metode tambang secara blok, sehingga dengan metode ini hanya diarea yang ditambang seluas 4-5 ha pertahun yang ditambang dan dari udara kelihatan warna putih yang menunjukkan sedang dilakukan pengambilan batu kapur sampai kedalaman tertentu. Untuk area penambangan seluas 500 ha, maka setiap tahunnya hanya 1% yang ditambang dan terlihat putih dari udara.
- Pada tahun berikutnya area yang sudah ditambang direklamasi dalam bentuk pengurukan tanah subur dengan ketebalan 60 cm sd 75 cm yang memungkinkan tanaman keras tumbuh diarea reklamasi yang mampu menahan air agar meresap ke dalam batuan kapur. Jika di usia 5 tahun tanaman keras sudah memiliki kerapatan tertentu, maka dengan metode ini maka dipastikan 95% lokas tambang akan senatiasa hijau setiap tahunnya sampai selesainya waktu penambangan. Maka isu penambangan merusak lingkungan ataupun Industri Semen merusak lingkungan menjadi terbantahkan.
- Cadangan air meningkat, karena kapur sebagai daerah yang tandus dengan ketebalan tanah antara 0 cm sd 25 cm tidak memungkin tumbuhnya tanaman keras yang merata, maka dengan sseluruh area tambang seluas 500 ha dengan ketebalan tanah reklamasi 60 cm sd 75 cm maka akan ada ribuan tanaman keras sebagai hutan yang mampu meningkatkan daya dukung lingkungan bekas tambang.
   Penambangan di area tanah liat
- Meskipun tanah liat adalah bahan baku semen yang jumlahnya sedikit, namun dengan kapasitas yang besar membutuhkan tanah liat dalam jumlah banyak. Area bekas penambangan tanah liat di pabrik Semen Gresik di Tuban seluas 12,7 ha diubah menjadi embung (tempat penyimpanan air) yang di tahun 2015 mampu menampung air sebanyak 4,7 juta m3 yang mampu mengairi 133,5 ha sawah sepanjang tahun dan merubah sawah tadah hujan disekitar pabrik Tuban menjadi sawah irigasi teknis sehingga mampu meningkatkan panen dari 1 kali setahun menjadi 3 kali setahun. Maka isu penambangan merusak lingkungan ataupun Industri Semen merusak lingkungan menjadi terbantahkan.
Di lahan pertanian dekat dengan pabrik Semen Gresik di Tuban jika pada tahun 1994 produktivitas tanaman padi hanya 5,4 ton/ha dan panen 1 kali, maka ditahun 2015 meningkat menjadi 6,9 ton/ha dan bisa panen 3 kali. Jagung produktivitas 2,6 ton/ha meningkat menjadi 6 ton/ha
B. Proses produksi yang ramah lingkungan
- Melihat industri ramah lingkungan dari aspek proses produksi adalah penggunaan bahan baku yang bukan berasal dari alam dan bagaimana konsumsi energi dapat ditekan seminimal mungkin serta limbah yang dihasilkan tidak merusak lingkungan. Dalam kontek tersebut, maka :
- Pabrik Semen Gresik di Tuban adalah pelopor penggunaan limbah industri sebagai pengganti bahan alam seperti fly ash yang merupakan limbah sissa pembakaran batubara, cupper slage yang merupakan limbah industri besi dan baja, paper slude limbah pabrik kertas bahkan limbah milik Freeport sebagai hasil pengolahan bijih tembaga di PT Smelting Gresik diserap oleh pabrik Semen Gresik di Tuban. Itulah mengapa Freeport membangun pabrik pengolahannya di Gresik, karena membutuhkan industri yang dapat menyerap limbah tembaga. Industri tersebut adalah industri semen.
- Tercatat Semen Indonesia Group melalui pabrik di Semen Padang dan pabrik Semen Gresik di Tuban yang pertama kalinya memanfaatkan panas gas buang menjadi sumber pembangkit listrik dalam proyek Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) yang mampu menghemat penggunaan listrik dari PLN sebesar 30%. WHRPG di Pabrik Semen Gresik di Tuban tercatat salah satu yang terbesar di dunia dengan kapasitas 31 MW yang mampu menghemat penggunaan listrik dari PLN sebesar Rp 100 miliar per bulan atau Rp 1,2 triliun, sekaligus mengurangi beban pembangkit milik PLN sehingga mengurangi penggunaan batubara sehingga mengurangi emisi carbon sebesar 143.000 ton pertahun. Sehingga Pemerintah Swedia memberikan penghargaan dan membeli emisi carbon tersebut dalam skema "Carbon Trade"
- Mengurangi penggunaan batubara pada pembakaran semen dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti kulit kacang, sekam padi dan lainnya. Kegiatan ini menciptakan multiplier effect berupa manfaat ekonomi bagi petani sekitar pabrik.