Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banyuwangi vs Gresik: Beda Sentuhan Beda Hasil

22 Oktober 2015   18:44 Diperbarui: 22 Oktober 2015   19:14 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gresik Masih Belum Menggosok Harta Karunnya

Kalimat belum menggosok harta karunnya tentu sangat baik, jika dibandingkan dengan kalimat “tidak tahu ada harta karun”, ini bisa cilaka dua belas (kata bahasa komedi). Gresik memiliki kekayaan kultural yaitu “Kota Wali” karena di Gresik ada dua orang anggota wali songo yaitu Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim. Gresik juga memiliki makanan khas yang sudah lebih dikenal karena daerah ini dilalui jalan nasional penghubung Jakarta-Surabaya yaitu Nasi Krawu dan Pudak. Bicara industri tentu sudah ratusan, apalagi sekarang memiliki kawasan industri kelas nasional dan baru saja meresmikan stadion olah raga Joko Samudro.

Harta karun belum digosok, karena Gresik terjebak pada pembangunan secara fisik dengan bermunculannya bangunan monumental seperti bendung gerak, stadion dan lain-lain. Tidak ada yang salah dengan strategi pembangunan ini karena mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada pendapatan perkapita warganya. Gresik memiliki UMK nomor 2 setelah Surabaya dan dalam publikasi Pemprov Jawa Timur “Perkembangan Pembangunan Provinsi Jawa Timur 2014” disebutkan Gresik memiliki tingkat pembangunan manusia yang tinggi dan termasuk daerah yang memiliki penurunan angka kemiskinan terbesar di Jawa Timur.

Gresik bisa mengejar ketertinggalannya dari daerah lain termasuk di dunia lain dan penulis yakin bahkan bisa tidak hanya mengejar Banyuwangi di angka 5.510.000 tetapi bahkan Sidoarjo yang saat ini mencapai 6.100.000 pencarian. Hal ini jiga Pemerintah Kabupaten Gresik bisa mengoptimalkan “harta karun” yang terpendam tadi. Menumbuhkan wisata religi dapat dilakukan dengan membuat festival tahunan yang mengandung religi. Jika Banyuwangi membuat “Banyuwangi Etnic Carnival”, maka Gresik bisa membuat “Gresik Moslem Festival” yang berlangsung beberapa hari mulai fashion, kuliner, ziarah dan berbagai hal lainnya. Multiplier effect yang ditimbulkan tentu wisatawan butuh penginapan sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri hotel di Gresik. Coba bayangkan di Gresik yang punya banyak industri, termasuk ada Semen Indonesia, Petrokimia Gresik tidak memiliki hotel yang representatif. Kecamatan Cepu (terletak di Blora) yang baru booming minyak saja sudah memiliki hotel bintang 5 yang dioperasikan oleh Samali Group (milik Musyanif mantan Dirut Pembangunan Perumahan).

Bahkan Gresik dari hal tidak sengaja sudah memiliki wisata alam “Bukit Jamur” yaitu bekas galian tambang C yang menjadi unik karena menghasilkan bekas galian seperti kumpulan jamur. Hal yang penting untuk mempromosikan religi Gresik secara gratis adalah adanya mestinya Pemerintah Kabupaten Gresik dapat berkolaborasi dengan Universitas Internasional Semen Indonesia agar dibuka pula kelas/program studi yang berkaitan dengan religi di Gresik. Kreativitas kampus nantinya akan mendorong tumbuhnya industri berbasis religi dan tentunya festival/kegiatan berbasis religi.

Mengapa hanya Semen Gresik saja yang bisa mendunia, harusnya Kabupaten Gresik juga bisa mendunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun