Gresik Masih Belum Menggosok Harta Karunnya
Kalimat belum menggosok harta karunnya tentu sangat baik, jika dibandingkan dengan kalimat “tidak tahu ada harta karun”, ini bisa cilaka dua belas (kata bahasa komedi). Gresik memiliki kekayaan kultural yaitu “Kota Wali” karena di Gresik ada dua orang anggota wali songo yaitu Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim. Gresik juga memiliki makanan khas yang sudah lebih dikenal karena daerah ini dilalui jalan nasional penghubung Jakarta-Surabaya yaitu Nasi Krawu dan Pudak. Bicara industri tentu sudah ratusan, apalagi sekarang memiliki kawasan industri kelas nasional dan baru saja meresmikan stadion olah raga Joko Samudro.
Gresik bisa mengejar ketertinggalannya dari daerah lain termasuk di dunia lain dan penulis yakin bahkan bisa tidak hanya mengejar Banyuwangi di angka 5.510.000 tetapi bahkan Sidoarjo yang saat ini mencapai 6.100.000 pencarian. Hal ini jiga Pemerintah Kabupaten Gresik bisa mengoptimalkan “harta karun” yang terpendam tadi. Menumbuhkan wisata religi dapat dilakukan dengan membuat festival tahunan yang mengandung religi. Jika Banyuwangi membuat “Banyuwangi Etnic Carnival”, maka Gresik bisa membuat “Gresik Moslem Festival” yang berlangsung beberapa hari mulai fashion, kuliner, ziarah dan berbagai hal lainnya. Multiplier effect yang ditimbulkan tentu wisatawan butuh penginapan sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri hotel di Gresik. Coba bayangkan di Gresik yang punya banyak industri, termasuk ada Semen Indonesia, Petrokimia Gresik tidak memiliki hotel yang representatif. Kecamatan Cepu (terletak di Blora) yang baru booming minyak saja sudah memiliki hotel bintang 5 yang dioperasikan oleh Samali Group (milik Musyanif mantan Dirut Pembangunan Perumahan).
Mengapa hanya Semen Gresik saja yang bisa mendunia, harusnya Kabupaten Gresik juga bisa mendunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H