Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Mesti Boikot Mission Impossible V : Rogue Nation?

25 Agustus 2015   16:56 Diperbarui: 25 Agustus 2015   19:54 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Peringatan 70 tahun Kemerdekaan: Sibuk dengan kegiatan itu-itu saja?

Tidak lepas dari ingatan kita, dimasa lalu pemberitaan dari Presiden, Wakil Presiden, Menteri dan bahkan perusahaan-perusahaan termasuk BUMN menggelar nonton bareng film “Habibie dan Ainun”, atau juga ada BUMN yang ikut memeriahkan pemutaran film “Sepatu Dahlan”. Tidak salah sichh...tapi jadinya sempit dan hanya sesaat.

Pun demikian pada peringatan 70 tahun Kemerdekaan, Kementerian BUMN menggelar acara “BUMN Hadir Untuk Negeri” yang serentak di 34 provinsi dan masing-masing ditopang oleh 2 BUMN dengan berbagai kegiatan dan untuk publikasi banyak BUMN yang mengiklankan/advetorial di media cetak dan lainnya.

 

Sebuah momentum sebenarnya ketika film dengan tema nasionalme seperti Battle of Surabaya di putar di bulan Agustus mendekati tanggal 17 Agustus 2015. Ada kegiatan pemutaran film, yang menurut penulis hanya “putar dari DVD lawas” artinya sekedar menggugurkan kewajiban sudah ada pemutaran film bertema nasionalisme. Namun, sayangnya tidak berpikiran lebih maju kedepan yaitu menumbuhkan industri film nasional dengan menonton film yang lagi diputar di bioskop misalnya seperti film “Battle of Surabaya”.

 

Setelah 100 tahun Indonesia merdeka, yakinlah bahwa akan semakin banyak film impor tayang di bioskop. Dukungan Presiden Jokowi saat ada salah satu konglomerat akan mempercepat penetrasi bioskop di berbagai daerah, hendaklah dimaknai bahwa harus ada keberpihakan pada industri film nasional.

 

Rupiah terpuruk Rp 14.000, salah satunya kontribusi film impor

Ditengah perjuangan berbagai pihak untuk memperkuat lagi nilai tukar rupiah karena akan memberikan dampak pada ekonomi nasional, maka perlu pula nasionalisme untuk mengurangi peredaran film impor. Biarlah impornya pada barang/jasa yang tidak bisa diproduksi di Indonesia dan merupakan kebutuhan pokok, tapi untuk kebutuhan lainnya hendaklah pelan namun pasti mendorong tumbuhnya industri nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun