Peringatan 70 tahun Kemerdekaan: Sibuk dengan kegiatan itu-itu saja?
Tidak lepas dari ingatan kita, dimasa lalu pemberitaan dari Presiden, Wakil Presiden, Menteri dan bahkan perusahaan-perusahaan termasuk BUMN menggelar nonton bareng film “Habibie dan Ainun”, atau juga ada BUMN yang ikut memeriahkan pemutaran film “Sepatu Dahlan”. Tidak salah sichh...tapi jadinya sempit dan hanya sesaat.
Pun demikian pada peringatan 70 tahun Kemerdekaan, Kementerian BUMN menggelar acara “BUMN Hadir Untuk Negeri” yang serentak di 34 provinsi dan masing-masing ditopang oleh 2 BUMN dengan berbagai kegiatan dan untuk publikasi banyak BUMN yang mengiklankan/advetorial di media cetak dan lainnya.
Sebuah momentum sebenarnya ketika film dengan tema nasionalme seperti Battle of Surabaya di putar di bulan Agustus mendekati tanggal 17 Agustus 2015. Ada kegiatan pemutaran film, yang menurut penulis hanya “putar dari DVD lawas” artinya sekedar menggugurkan kewajiban sudah ada pemutaran film bertema nasionalisme. Namun, sayangnya tidak berpikiran lebih maju kedepan yaitu menumbuhkan industri film nasional dengan menonton film yang lagi diputar di bioskop misalnya seperti film “Battle of Surabaya”.
Setelah 100 tahun Indonesia merdeka, yakinlah bahwa akan semakin banyak film impor tayang di bioskop. Dukungan Presiden Jokowi saat ada salah satu konglomerat akan mempercepat penetrasi bioskop di berbagai daerah, hendaklah dimaknai bahwa harus ada keberpihakan pada industri film nasional.
Rupiah terpuruk Rp 14.000, salah satunya kontribusi film impor
Ditengah perjuangan berbagai pihak untuk memperkuat lagi nilai tukar rupiah karena akan memberikan dampak pada ekonomi nasional, maka perlu pula nasionalisme untuk mengurangi peredaran film impor. Biarlah impornya pada barang/jasa yang tidak bisa diproduksi di Indonesia dan merupakan kebutuhan pokok, tapi untuk kebutuhan lainnya hendaklah pelan namun pasti mendorong tumbuhnya industri nasional.