Mohon tunggu...
Ariefmdnews.com
Ariefmdnews.com Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prenuer

Data, Fakta & Logika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa Pemenangnya

10 November 2023   10:26 Diperbarui: 10 November 2023   10:28 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Siapa pemenangnya?

Dua orang gadis sedang duduk di balkon kosan, sebut saja namanya Alexa dan Amara. Mereka sudah lama tinggal di kos sejak tahun pertama menjadi mahasiswa baru. Selama ini, gaya hidup mereka terbilang mewah padahal latar belakang ekonomi mereka jauh dari kata berkecukupan dan hanya mengandalkan uang KIP kuliah yang disubsidi oleh pemerintah. Tidak jarang mereka sering bersaing dan memperebutkan lelaki kaya dengan tujuan agar gaya hidup mewah mereka ada yang membiayai. 

Sore ini mereka sedang berbincang tentang kasus pembunuhan yang sedang marak di lingkungan kos mereka. Rata-rata korban pembunuhan merupakan mahasiswa dan motif pembunuhannya pun beragam. Suasana obrolan mereka semakin menarik akan tetapi tiba-tiba mereka memperebutkan Leon, teman kampusnya yang terkenal kaya dengan gaya hidupnya yang mewah. Ibu kos yang sudah bosan mendengar celotehan mereka saat bertengkar memperebutkan lelaki sudah tidak aneh mendengarnya. 

"Kalau begitu kita bunuh saja Leon, agar tidak ada salah satu dari kita yang memilikinya!" Ujar Alexa. 

Kalimat Alexa tersebut membuat keadaan seketika menjadi hening dan akhirnya mereka kembali ke kamar kosnya masing-masing. 

Alexa dan Amara menjalankan aktivitas seperti biasanya termasuk berangkat ke kampus. Namun, sudah beberapa hari Leon tidak terlihat di kampus.

"Mara..." suara bak bariton menghantam pendengarannya ketika Amara tengah sibuk bermain ponsel di koridor kelasnya.

"Gi? Are you oke?" Amara menatap Gio dengan dahinya yang berkerut, nampak Gio sedang menumpukan kedua telapak tangannya pada lutut yang terlihat bergetar.

Tiga detik kemudian, Gio menegakkan badannya, menatap Amara dengan tatapan entah seperti apa. Gio mengambil napas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Amara yang ditatap Gio sedari tadi masih menunggu sang lelaki itu untuk berbicara. Ketika Gio merasa siap, ia lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Amara.

"Leon, meninggal." Ucap Gio berbisik.

Dua buah kata tersebut mampu membuat mulut Zaskia membentuk lingkaran sempurna. Betapa mengejutkannya saat Amara mendapat kabar dari Gio teman dekatnya bahwa Leon ditemukan tewas di kamar kosnya. Amara dan Gio segera bergegas menuju TKP, tepat pukul 15.00 Amara dan Gio sampai di kos Leon yang sudah ramai dikerumuni oleh warga dan aparat kepolisian, garis polisi melintang sepanjang pintu berwarna cokelat muda milik sang mayat yang sudah terbujur kaku. Dugaan sementara menunjukkan bahwa Leon overdosis karena di kamar kosnya ditemukan barang bukti berupa obat-obatan. 

Amara masih tidak percaya bahwa Leon mati bunuh diri. Nampaknya Amara menaruh kecurigaan pada Alexa yang tempo hari mengatakan akan membunuh Leon agar salah satu dari mereka tidak ada yang bisa memilikinya. Meskipun demikian Amara cepat-cepat menepiskan pikiran buruk itu, karena bagaimanapun itu hanya perasangka buruk. Saat itu ia bergegas pulang ke kos dan mencari keberadaan Alexa. Ibu kos memberi tahu bahwa Alexa memutuskan untuk pindah kos pada hari itu dan terlihat sangat buru-buru.

"Walah mbak, mbak Alexa sudah tidak tinggal di sini lagi. Kemarin, dia pamit ke ibu dan terlihat buru-buru." Ucap ibu kos yang kebetulan Amara temui ketika ibu kos sedang merapihkan bekas kamar Alexa.

"Oh, begitu ya bu. Terima kasih ya bu." Setelah mengucapkan hal tersebut, Amara segera masuk ke dalam kamar kos nya.

"Apa mungkin ini perbuatan Alexa?" batin Amara sembari menatap bingkai foto kecil di atas meja belajarnya yang menampakan foto dirinya dengan Alexa. 

Amara semakin menaruh curiga, bagaimana mungkin Alexa tergesa-gesa berpindah kos bersamaan dengan kematian Leon di hari itu. 

Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul 20.00, akan tetapi polisi masih belum mengetahui penyebab pasti Leon melakukan bunuh diri. Pihak kepolisian pun akhirnya memutuskan untuk mendatangkan seorang detektif terkenal di kota itu. Pencarian barang bukti lebih lanjut giat dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang, namun temuan mereka hanya berhenti pada beberapa jenis obat-obatan yang memang dapat memicu kematian, sedangkan banyak pihak yang menilai bahwa kematian Leon bukan hanya semata-mata karena bunuh diri. Terlahir dari keluarga yang harmonis, ekonomi yang sangat cukup, dan tidak memiliki hubungan yang buruk dengan teman-temannya merupakan pertimbangan yang mendasar mengapa Leon sampai-sampai menghabisi nyawanya sendiri. Penyelidikan barang bukti pun terus di lakukan, sembari detektif Salman melakukan interogasi untuk mengungkap kasus ini. Keluarga, teman dekat, dan orang-orang yang di duga bertemu dengan Leon sebelum kejadian naas itu. 

"Pak, apakah mungkin Leon dibunuh?" Kalimat tersebut mampu menarik perhatian detektif Salman kepada seorang lelaki yang memang sedari awal selalu mendampingi proses penyelidikan ini, Gio.

Masih berada di cafe yang berseberangan TKP, Gio dan detektif Salman menyeruput kopi yang hampir dingin di cangkir mereka masing-masing. Masih jelas terlihat beberapa orang yang lalu lalang di jalan raya sembari menolehkan kepalanya pada bangunan dua lantai terhiasi garis dominan kuning di gerbang masuk yang sudah beberapa hari lalu singgah di kos Leon.

"Kapan terakhir kali kamu bertemu dengan Leon?" Ujar detektif Salman membuka kembali obrolan diantara mereka berdua.

"Sebelum hari kejadian, malamnya saya dan Leon masih bertemu dan nongkrong bersama, tapi malam itu Leon terlihat sangat gelisah dan buru-buru pamit" Ujar Gio

"Apakah kamu tau apa yang membuat Leon gelisah malam itu?" Ujar detektif Salman

"Tidak, saya juga tidak ada hubungannya dengan obat-obatan yang ditemukan oleh polisi di kamar Leon" Ujar Gio

Kedua mata detektif Salman sontak menyipit, menaruh curiga pada ujaran dan gelagat Gio sedari tadi.

Detektif Salman merasa aneh dengan gelagat Gio yang nampak gugup saat diwawancara, terlebih Gio juga tiba-tiba mengatakan terkait obat-obatan. Padahal, detektif Salman tidak bertanya tentang obat-obatan itu dan tidak memberi tahunya bahwa di kos Leon terdapat sejumlah obat-obatan yang diduga menjadi penyebab Leon overdosis dan meninggal. Ruangan berwarna putih dengan meja yang cukup besar dan kursi panjang di sisi-sisi ruangan tersebut menjadi tempat yang dikunjungi detektif Salman setelah perbincangan yang ia lakukan dengan Gio siang hari tadi. Seorang polisi yang berada di samping detektif Salman masih giat membolak-balik buku kasus yang sedang ia tangani sekarang. 

"Sepertinya Leon tidak bunuh diri." Ujar detektif Salman. 

"Ada apa? Apa temuan yang kau dapatkan?" Ujar Pak Demian polisi yang menangani kasus kematian Leon

"Teman dekat Leon yang bernama Gio nampak mencurigakan, bagaimana ia tahu kalau di kos Leon terdapat obat-obatan sedangkan pihak kepolisian pun belum mengadakan pers conference" Ujar detektif Salman

Pak Demian hanya memandang detektif Salman berharap sang lawan bicaranya melanjutkan kalimatnya tersebut. Tanpa di duga-duga, detektif Salman mengeluarkan seuatu dari dalam kantung jaketnya, nampak seperti nota yang sudah setengah lusuh di dalam plastik ziplock. Pak Demian hanya mengangguk paham, dan langsung menutup buku kasus yang beberapa saat lalu masih sibuk ia bolak-balik tiap lembarnya. 

"Kita pergi sekarang." Ucap Pak Demian yang langsung bergegas menaruh buku tersebut di atas mejanya dan mengambil kunci mobilnya. 

Setelah teka-teki selama penyelidikan berlangsung akhirnya terungkap juga bahwa kematian Leon bukan disebabkan oleh overdosis atau bunuh diri, akan tetapi Leon dibunuh oleh Gio teman dekatnya, menggunakan racun. Obat-obatan yang menjadi barang bukti selama ini ternyata hanya untuk mengelabui. Nota yang beberapa hari lalu ditunjukkan oleh detektif Salman kepada Pak Demian merupakan nota pembelian obat-obatan yang jenis dan jumlahnya sama seperti obat-obatan yang ditemukan kepolisian di hari pertama kematian Leon. Saat detektif Salman dan Gio berbincang beberapa hari lalu di cafe, tidak sengaja Gio menjatuhkan nota tersebut dari dalam dompetnya pada saat ingin membayar pesanannya. 

"Saya selalu membawanya kemanapun supaya nota itu aman, dan dengan itu saya merasa Leon akan selalu berada di dekat saya." Kalimat tersebut keluar dari mulut Gio ketika Pak Demian menanyakan perihal nota tersebut kepada Gio.

Terungkap lah sudah semua kasus ini sampai ke akarnya, kasus yang memiliki motif yang tak pernah diduga oleh siapapun. Motif Gio membunuh Leon tidak lain dan tidak bukan karena ia menaruh perasaan pada Leon akan tetapi Leon tidak membalas perasaannya, dan Gio tidak ingin jika Leon menjalin hubungan bersama orang lain. Gio pun kini telah mendekam di jeruji besi dengan hukuman yang setimpal, meringkuk pada sudut ruangan dingin tersebut sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Rasa menyesal tidak kalah besar di banding rasa yang selama ini ia pendam untuk Leon. 

"Gi, kenapa lu setega ini?" Ucap Amara dari luar sel, ia menatap tubuh temannya itu yang sedari tadi hanya meringkuk tanpa bersuara apapun.

"Dasar kalian semua bodoh! Kalian pikir, aku tidak sengaja menjatuhkan nota tersebut? Hahahaha" seringaian nampak jelas di wajah Gio yang nampak sudah layu sembari tertawa getir dalam hati.

"Semua orang harus tau kalau aku menyukai Leon, maka dari itu aku sengaja menjatuhkan nota itu" Gio melanjutkan dialognya dalam hati dengan dirinya sendiri di dalam jeruji besi itu, setiap malam ia berdialog sendiri dengan kalimat yang sama di dalam hati.

Dua misi Gio berjalan mulus sesuai yanng ia rencanakan. Misi pertama yaitu membunuh Leon dengan memasukkan racun di minuman Leon tepat di malam sebelum Leon ditemukan tidak bernyawa, dan misi kedua yaitu sengaja menjatuhkan nota pembelian obat-obatan agar semua orang tau jika alasan ia membunuh Leon adalah karena rasa cinta terlarang yang membutakan segala indera yang ia miliki. Jadi, siapa pemenangnya?

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun