Mohon tunggu...
Arie Feryanto
Arie Feryanto Mohon Tunggu... Guru - Natura Magista

Hiker | Pari Wrajaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Geoliterasi dan Ekoliterasi di Persekolahan

18 Juli 2021   11:23 Diperbarui: 18 Juli 2021   11:39 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ekolitasi dan Geoliterasi dalam Pendidikan Geografi

Dr. Rudi Iskandar, M.Si | Dr. Ode Sofyan Hardi, M.Si., M. Pd. | Arie Feryanto, S.Pd, Gr.

Index sumber artikel

Nurul dkk.,2018. Menanamkan Karakter Cinta Lingkungan Pada Anak Melalui Program " Green and Clean ". UNS. Semarang

Gilang & Cahya. 2021. Citra Wawasan Kebangsaan Generasi Muda (Suatu Kajian Tehadap Anti Radikalisme). Unpam. Pamulang

Kedua artikel yang memuat literasi tentang lingkungan dan wawasan kebangsaan tersebut tentu menjadi pokok penting untuk dapat diterapkan pada peserta didik di era kekinian ini, mengapa ? mengingat gencarnya kemajuan di bidang kehidupan dengan segala teknologi membuat kemudahan untuk mendapat, melakukan, sampai memproduksi sesuatu barang dan jasa hingga akhirnya menjadi malapetaka seperti kerusakan lingkungan akibat pengambilan sumber daya alam secara berlebihan sampai pada aksi ekstrimisme berupa teror mengancam kedaulatan bangsa sebagai wilayah yang multikultural dengan berbagai aspek sosial, keyakinan, budaya, dan adat istiadat. Adapu poin penting yang tentunya menjadi proses penguatan untuk dilakukan di persekolahan yakni sebagai berikut ;

Temuan penting tentang ; Program Green & Clean

  1. Pendidikan karakter untuk mencintai menjaga lingkungan
  2. Penanaman nilai pendidikan karakter sejak dini (golden age) 
  3. Penerapan program Green & Clean sebagai nilai pendidikan karakter

Temuan penting tentang ; Wawasan Kebangsaan Generasi Muda

  1. Meredam Intrik konflik kewilayahan
  2. Penguatan Geografis untuk Nasionalisme
  3. Format masa depan wawasan kebangsaan bagi Remaja

 " Program Green & Clean "

Pendidikan karakter untuk mencintai menjaga lingkungan 

Dapat dikatakan bahwa proses untuk mencintai lingkungan haruslah dimulai dengan penguatan lewat pendidikan bukan saja di persekolahan, namun peran serta pembiasaan orang tua di rumah sebagai keluarga, lalu masyarakat sebagai sistem tatanan organisasi dengan nilai dan norma untuk keteraturan agar terbentuk karakter yang diharapkan bagi peserta didik di masa mendatang. 

Jadi pendidikan karakter mengajarkan kepada manusia tentang tabiat, moral, tingkah laku maupun kepribadian yang baik (Fadlillah & Khorida, 2013: 22 dalam Nurul dkk., 2018). Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pendidikan karakter harus diawali dengan tekad yang baik, dirasakan dan tidak hanya dipikirkan saja namun dilakukan.

Penanaman nilai pendidikan karakter sejak dini (golden age) 

Merealisasikan kecintaan terhadap lingkungan bagi peserta didik terutama masa remaja dimana usia belasan tersebut tentunya sudah dapat memformulasikan informasi sebagai pengetahuan tentang memahami dampak secara kasualitas. 

Untuk itu, kampanye peduli lingkungan dalam pendidikan karakter untuk terus dilakukan agar proses berkelanjutan dimana secara kajian neurosains perkembangan sel saraf otak terus meningkat sampai usia 18 tahun yang saat dilahirkan hanya mencapai 25%, kemudian terus meningkat seiring usia menjadi 50% pada usia 4 tahun, dan 80 % menjelang usia 8 tahun (Mulyasa, 2012: 2 dalam Nurul dkk, 2018). Sehingga usaha menanamkan penguatan pendidikan karakter untuk lebih mencitai lingkungan tentunya juga berkembang. Oleh karenanya, masa-masa tersebut harus dimanfaatkan dan dioptimalkan sebaik-baiknya.

Penerapan program Green & Clean sebagai nilai pendidikan karakter

Mengutip pengertian oleh Nurul dkk., (2018) tentang program green & clean yakni pengenalan kepada siswa bagaimana siswa bisa mencintai dan menjaga lingkungannya melalui hal-hal yang sederhana. Adapun kegiatannya adalah beirkut ;

  1. Kegiatan olah sampah adalah kegiatan berupa pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang, atau pembuangan dari material sampah.
  2. Kegiatan piket pagi  adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap siswa dengan membersihkan ruang kelas, seperti menyapu, menghapus papan tulis, mengambil buku di perpustakaan, menata ruang kelas agar tetap rapi.
  3. Kegiatan cuci tangan yang baik dan benar  adalah suatu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
  4. Kegiatan kerapian diri adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk menjaga kerapian diri yang meliputi kerapian dalam berpakaian siswa saat mengikuti proses belajar mengajar disekolah.  
  5. Kegiatan perawatan taman dan lingkungan sekolah adalah kegiatan menjaga keandalan taman sekolah dan lingkungan beserta prasarana dan sarananya agar taman dan lingkungan sekolah selalu layak fungsi (preventive maintenance)

" Wawasan Kebangsaan Generasi Muda "

Meredam Intrik konflik kewilayahan 

Keyakinan merupakan produk manusia terhadap lingkungan tentang merealisasikan idol dalam wujud nyata sebentuk mensyukuri anugerah yang diberikan tentang pengakuan keberadaan Tuhan penguasa semesta pemberi kehidupan. Indonesia pun demikian, ragam budaya berbeda mempersepsikan konsep persembahan pada Yang Maha Esa bermacam caranya. 

Tidak sedikit konflik diawali intrik agama, seperti mayoritas mendominasi membuat pengetatan aturan larangan pendirian tempat ibadah lain seperti di wilayah Aceh Singkil. Sepanjang tahun 1979-2015, konflik agama disebabkan oleh kekecewaan umat muslim atas umat kristen karena melanggar perjanjian yang telah disepakati dan keputusan pemerintah tentang izin pendirian rumah ibadah (Hartini & Nulhaqim, 2020 dalam Gilang & Cahya, 2021). 

Untuk itu penting sekali memberikan penghargaan keistemewaan setiap pemeluk kepercayaan lain pada materi yang berkaitan dengan unsur sosial dan budaya agar peserta didik dapat menghargai segala perbedaan serta sikap menanggapi situasi kembali pada idelogi dan falsafah bangsa sebagai keterampilan kritis untuk menangkal ancaman terhadap nilai nilai luhur bangsa Indonesia.

Penguatan Geografis untuk Nasionalisme 

Konsep Nusantara yang digaungkan oleh Patih Gadjah Mada hingga menginspirasi Sutan Sjahrir dalam pergerakan Indonesia merdeka dengan maksud menyatukan wilayah kepulauan menjadi satu kesatuan merupakan gagasan agar ragam corak budaya setiap daerah menjadi kekhasan kebanggaan bangsa. Nilai tersebut menjadi benteng pertahanan alami terhadap desakan modernitas saat ini agar kecintaan menumbuhkan mempertahankan keutuhan wilayah tidak mudah tergoyahkan. 

Untuk itu posisi strategis Indonesia sejak dulu memiliki geografis wilayah yang secara ruang memiliki kesamaan dengan negara tetangga namun kekhasaan membuat berbeda secara wawasan kebangsaaan. Yakni cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional (Darmadi,2014; Nugraha & Sari, 2017 dalam Gilang & Cahya, 2021).

Format masa depan wawasan kebangsaan bagi Remaja 

Mengenali radikalisme pada remaja menurut hasil identifikasi dari Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) terdapat 4 ciri yaitu ; pertama, memiliki sikap intoleran (menolak adanya perbedaan dalam bentuk keyakinan), kedua, fanatik (menganggap orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya adalah salah), ketiga, eksklusif (selalu ingin menjadi prioritas dan ingin diutamakan), dan keempat, revolusioner (dalam mencapai tujuannya cenderung memakai cara kekerasan). 

Untuk itu perlunya merancang format masa depan tentang wawasan kebangsaan bagi generasi kekinian menjadi urgensi bersama pemerintah, masyarakat, dan peran stakeholder lainnya. Agar penyusunan kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum dapat terpadu menyesuikan kebutuhan zaman menjawab tantangan serta hambatan yang dapat mengancam disintegrasi bangsa. 

Pokok penting menangkal konflik selain perbedaan keyakinan, yakni pemerataan pembangunan ekonomi. Maka memprioritaskan unsur kedaerahan Nusantara dengan segala potensinya untuk dikembangkan, baik secara sumber daya alam dan manusianya merupakan kemandirian bangsa memajukan kesejahteraan sekaligus menangkis isu manupalitif.

Sumber artikel ;

Gilang, Z., & Cahya, P. G. (2021). Citra Wawasan Kebangsaan Generasi Muda ( Suatu Kajian Terhadap Sikap Anti Radikalisme ). 7(2), 419--424. 

Nurul, L., Nur, K. W., & Azda, T. N. (2018). MENANAMKAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI PROGRAM "GREEN AND CLEAN." Konfrensi Pendidikan Nasional, 1(4475), 5. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun