Pos 4 kawasan khas hutan daratan tinggi dengan beberapa cemara meninggi besar tegak melingkupinya ini, ditempuh sekitar 120 menit dari Pos 3 dan nampak cukup teduh sepertinya saat siang hari, hanya saja sumber air di sini tidak tersedia jadi bukan tempat tepat untuk mendirikan tenda, kecuali jika keadaan sudah sangat terpaksa akibat terjebak malam atau sudah telalu lelah berjalan.Â
Mencapai titik ini menuruni beberapa punggungan bukit lalu mulai naik kembali untuk mencapai puncak bukit lainnya. jadi tanjakan akan sering dilalui dengan kemiringan mencapai sekitar 45 %.Â
Saat musim penghujan akan lain lagi ceritanya, bersyukurnya lagi bahwa akibat kebakaran beberapa tumbuhan jelatang habis terpanggang di rute llintasan alami sebagai halal rintang lainnya yang jika terkena kulit, ya lumayan lah panas nyeri mah sesaat seperti kejutan di dini hari gelap gulita.
Pos 5 awal mula tiba sepertinya tempat baik mendirikan tenda, sumber air pun dekat tersedia, namun kualitasnya jangan coba terlalu kergantungan karena itu hanya berupa tampungan pada cerukan batuan hasil singkapan sungai eposidik saja, itupun melimpah saat hujan mengguyur dahysat.Â
Kawasan ini ciri dari dataran khas sabana di ketinggian, seperti peralihan hutan rimbun mendominasi sebelumnya berganti are luas terbuka berupa perdu kecil serta reremputan pada igir punggungan perbukitan.Â
Waktu tempuhnya pun dari pos 4 sekitar 120 menit. Sesuai arahan kawan kami yang akamsi (anak kampung sini / pemuda bima) ini, bahwa cemoro tunggal lah patokannya sebagai rute naik sampai pada pinggir kaldera tambora. Untuk itu langkah beriringan pun tetap terjaga di subuh yang mulai mendekat, suasana pemukiman dengan kerlap kerlip lampu sinar sebelum tiba di Pos Lima terlewati sudah, maka dari itu sepertinya jadi alasan tepat untuk sejenak berisitirahat menikmati cahaya bintang, sambil berlindung mengamankan diri dari angin lembah membawa suasana dingin mengancam hebat.
Tugu Peringatan, semacam pemberitahuan bahwa di tempat ini  telah menjadi saksi sesorang kembali kepada kuasanya Tuhan Semesta Alam yang menjadi pembelajaran bagi semua orang bahwa setelah selepas berjalan berlalu jauh dari Pos 5 maka langkah kaki ini berarti sudah sangat tidak mungkin membantu kawan lain jika jiwa menjadi ancamannya.Â
Maka kesiapan kesehatan lalu tercukupinya asupan makanan penting mengingat rute memutar dari arah Barat ini ternyata melimpir igir punggungan bukit menuju ke Timur telah menempuh jarak hampir 28 km sepertinya.Â
Matahari sudah terbit perlahan langit biru pun mendesak subuh berganti pagi cerah telah mengiring waktu 120 menit lainnya bergulat antara pijakan keras lembut bercampur pasir halus lalu kerikil batu hitam pun membantu menegakan memantapkan kaki menguatkan langkah agar segera ingin dapat menjawab rasa penasaran tentang pertanyaan seperti apa rupanya kaldera seluas 8 km ini.Â