Mohon tunggu...
Arie Feryanto
Arie Feryanto Mohon Tunggu... Guru - Natura Magista

Hiker | Pari Wrajaka

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Overland Jakarta Sumbawa demi Gunungapi Tambora

30 April 2020   07:00 Diperbarui: 30 April 2020   07:16 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Gn. Tambora 2.851 m dpl (Jalur Ds. Pancasila) | dokpri

Gunungapi Tambora, siapa sih yang tidak mengenal fenomena letusan super volcano tahun 1815 nya ? tercatat dalam sejarah membuat gelap gulita benua Eropa hingga menurunkan kualitas unsur pendukung lingkungan atmosfer setempat sampai pada gagalnya hasil panen akibat sinar matahari terhalang awan hitam pekat terbawa angin pasat hebat tersebar begitu cepat itulah fenomena satu tahun musim panas panjang tak berkesudahan tanpa matahari (a year without summer). 

Terletak di Pulau Sumbawa berada di Kab. Bima dan Kab. Dompu Prov. Nusa Tengga Barat ini, dapat di akses melalui beberapa pintu masuk pendakian seperti jalur Utara Kawonda Toi, Jalur Selatan Doro Ncanga, lalu ada juga Piong lewat Pintu Timur serta akses lewat Desa Pancasila jalur Barat.

Peta Wisata Tambora | dokpri
Peta Wisata Tambora | dokpri

Tahun 2015, tepatnya bulan Juli menjadi hari mengingat rencana perjalanan yang harus tertunda sampai 4 tahun mendatang sebagai daftar lainnya melihat Indonesia dari ketinggian. 

Kesempatan menjajaki  tanah sumbawa dengan savana, kuda liar, kayu songga dan berbagai kekhasan lainnya dapat terlaksana juga akhirnya, ya walaupun harus menemupuh 4 hari 4 malam selama perjalanan untuk sampai di tujuan. Rencana ini dimulai tepatnya dari dari tanggal 22 Desember 2019 dan berakhir 5 Januari 2020 dengan 8 hari perjalanan pulang pergi, 4 hari pendakian gunungapi tambora, 3 hari singgah di Pulau Bali, 1 hari di Banyuwangi,  dan 1 hari di Surabaya. Itulah beberapa kota besar yang terlewati selama di perjalanan. 

Terlalu lama atau mungkin kelamaan bagi yang tidak memiliki tingkat kesabaran tinggi karena harus berpindah akses transportas setiap kali sampai di kota tujuan. Sudah jelas kalau perjalanan darat tidak akan lepas dari Kereta Api Indonesia (KAI) lalu Perusahan Otobus (PO) bus lintas Provinsi serta jasa Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan (ASDP) berupa kapal ferry-nya.

Nah hal paling penting menikmati waktu agar sepertinya terlewati cepat begitu saja, alangkah baiknya mengamati keadaan sekitar seperti aspek sosial - budaya masyarakat setempat, jadikan sebagai kesan pembelajaran di setiap kota yang pasti berbeda-beda.

Jakarta - Surabaya

Jakarta, kota ini memberikan kemudahan aksesbilitas berbagai sarana penunjang ke berbagai wilayah Indonesia, pilihannya pun beragam hanya saja tentu sesuai kemampuan dana serta lokasi objek destinasi utama. Sesuai rencana dan atas dasar mufakat kesepakatan bersama, maka pilihannya menggunakan kereta siang jalur Utara Kertajaya 256 (economy, CA) keberangkatan Pukul 14.15 WIB dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Pasar Turi yang tiba pukul 01.24 WIB dengan rute lebih cepat dibandingkan jalur selatan. 

Pemesanan tiket sangat penting mengingat mendekat libur natal dan tahun baru pasti memengaruhi harga dan juga tidak jarang ketersedian tanggal keberangkatan telah full boked, jadi mengantisipasi itu pun langkah terbaik 30 hari sebelum pemberangkatan untuk tiket pulang pergi sudah aman didapatkan sejak November awal untuk tujuan Jakarta, Surabaya, dan Banyuwangi, begitu juga sebaliknya.

Penentuan waktu keberangkatan menjadi pertimbangan sejak dari awal, begitu juga pemilihan stasiun pemberhentian, semua rencana itu memungkinkan memiliki beberapa menit untuk istirahat, mencari tempat tepat mengisi perut dengan makanan khas, lalu tentu saja menunggu keberangkatan selanjutnya tidak khawatir tertinggal tetap santai.

Surabaya - Banyuwangi

Kereta Probowangi, Surabaya - Ketapang | dokpri
Kereta Probowangi, Surabaya - Ketapang | dokpri

Surabaya sebagai kota pahlawan yang begitu berbeda saat malam hari tidak terlalu ramai tapi geliat kehidupan ekonomi tetap ada, tidak heran sejumlah warung kopi WiFi sederhana tersebar menjadi pilihan favorit pemuda arek arek surobyo, karena selain menyediakan hidangan ramah di kantung, tentu memberikan ruang aktualisasi bercengkrama melihat interaksi sosial-budaya Jawa Timuran katanya. 

Dialek logat berbahasa jawa begitu kental, unsur santun tetap kerasa walau kadang penegasan setiap kata sarat makna anak muda suroboyoan. Dini hari waktu setempat setibanya kami pukul 01.24 WIB di Stasiun Pasar Turi, mengisi perut adalah hal pertama muncul dalam kepala agar tetap fit beberapa hari ke depan sambil menunggu keberangkatan kereta api Probowangi 337 (economy, CA) yang sesuai jadwal akan meninggalkan Surabaya pada Pukul 04.15 WIB dari Stasiun Gubeng dan tiba pukul 11.45 di Stasiun Ketapang. 

Pelabuhan Ketapang ternyata dekat saja, cukup berjalan kaki keluar dari Stasiun ke arah Timur maka setelah jalan besar utama tepat di depannya sudah sampai. Untuk dapat menggunakan jasa menyebrang kapal Ferry dari Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) menuju Pelabuhan Gilimanuk (Pulau Bali), tidak dengan uang tunai lagi, tapi sudah transaksi secara e money sebagai pilihan utamanya. Tarif sekali menyebrang Rp. 8.000 bagi penumpang tidak dengan kendaraan bermotor.

Bali - Sumbawa

Selat Bali & Taman Nasional Bali Barat | dokpri
Selat Bali & Taman Nasional Bali Barat | dokpri

Senin, 23 Desember 2019 pukul 13.00 WITA setelah 30 menit berada di Selat Bali dengan kapal pengangkut penumpang yang ramai geliat libur akhir tahun mengantarkan kami tiba juga di Pulau Dewata. Julukan tersebut tidak lepas dari nilai historical kejayaan masa lampau yang masih terjaga dan lestari sehingga mendatangkan keagungan dan menjadi daya tarik destinasi wisata budaya, tidak heran kunjungan selalu ramai dari berbagai negara. 

Terminal penumpang di sekitar Pelabuhan Gilimanuk menjadi akses untuk sampai di Kota Denpasar dan beberapa terminal lainnya, salah satunya Terminal Mengwi di Kab. Badung sebagai tujuan kami berikutnya. 

Tarif sekali jalan menuju pusat kota sekitar Rp. 50.000 / orang, ditempuh 4 jam normalnya menggunakan moda transportasi seperti elf atau bus 3/4. nah, pastikan tanda pengenal diri dipersiapkan saat pertama kali memasuki Terminal Penumpang Pelabuhan Ketapang, biasanya akan terdapat semacam pos pemeriksaan bagi wisatawan domestik atau manca negara. 

Pariwisata mendukung kegiatan perekomian masyarakat sekitar, dukungan ini terasa dari penyediaan fasilitas seperti jalan raya serta lingkungan tertata rapih. Taman Nasional Bali Barat sore itu pun setelah meninggalkan kawasan terminal masih sanngat rimbun pepohonan khas ekosistem pesisir pantai dengan aktivitas monyet ekor panjang sepanjang jalan. Kerharmonisan terasa saat adzan berkumandang menandakan toleransi keyakinan saling menjaga menghargai perbedaan.

Terminal Mengwi, Kab. Badung | dokpri
Terminal Mengwi, Kab. Badung | dokpri

Terminal Mengwi, tepatnya Pukul 21.00 WITA tiba juga akhirnya, tidak lama kedatangan kami pun langsung didatangi beberapa penyedia jasa (calo), pertanyaan tujuan dari mana akan ke mana pun langsung mengarah meunggu jawaban pasti, memang suasana malam itu sangat ramai dan perlu tetap kewaspadaan diri memilah menilai informasi, agar tidak menjadi sasaran dimanfaatkan pihak pihak tertentu. 

Perusahan Otobus tujuan Dompu biasanya banyak tersedia keberangkatan di pagi hari, adapun saat itu karena butuh dan kalau tidak harus menunggu lama lagi, maka pilihan nya akan berangkat pukul 02.00 WITA dengan tujuan terakhir Kota Bima. 

Bus tersebut PO Rasa Sayang namanya cukup melegenda sepertinya, terbukti penyedia akses penghubung ini ternyata banyak dipadati oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat setelah berangkat dini hari meninggalkan Pulau Bali, lalu menyebrang dari Pelabuhan Padang Bai selama 4 jam untuk sampai Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok. Keberangkatan awal bus tersebut dimulai dari Jakarta Terminal Pulogebang.

Pelabuhan Lembar, Pulau Lombok | dokpri
Pelabuhan Lembar, Pulau Lombok | dokpri

Rute sesuai rencana adalah turun di Pertigaan Banggo, Kab. Dompu setelah sesampainya di Pulau Sumbawa, adapun tarif yang ditetapkan sekitar Rp. 400.000 utuk tiba sampai tujuan kami. Selama perjalananan setibanya di Pulau Lombok, sempat istirahat untuk makan siang sebagai bagian dari fasilitas pelayanan dari PO.

 Rasa Sayang di Terminal Mandalika, Lombok. Bahasa, interaksi umum yang kami amati terlihat adalah begitu sangat berbeda antara masyarakat lombok dan sumbawa walau tampak segi postur fisik nampak sama saja, namun kekerabatan dua tetangga pulau dekat itu memahamai satu sama lainnya. Hal ini kami rasakan saat beberapa orang mulai bertanya melemparkan senyuman lalu obrolan panjang memulai observasi mendalam tentang dua budaya tentang mereka. 

Setelah cukup, bus mulai bergegas tancap gas jalur lombok utara memakan waktu kurang lebih 120 menit untuk tiba di Pelabuhan Kayangan, lalu menunggu giliran masuk untuk menyebrang sekitar 30 menit menuju Pelabuhan Poto Tano, Pulau Sumbawa.

Pelabuan Poto Tano, Pulau Sumbawa | dokpri
Pelabuan Poto Tano, Pulau Sumbawa | dokpri

Selasa, 24 Desember 2019 pukul 17.00 WITA menjadi hari ketiga selama perjalanan dan mendekat tujuan akhir. Sore hari itu suasana semakin redup, beberapa bukit tebing tinggi serta hujan menjadi ucapan selamat datang membasahi jalanan Pulau Sumbawa yang berkelak kelok meliuk, sesekali jalanan naik turun pun terasa.

Lalu kenampakan Teluk Saleh tepat arah utara selama perjalanan bus terlewati sudah selama 9 jam ke depan, telah mengiring waktu mendekat tidak terasa tiba juga akhirnya di Pertigaan Banggo bertepatan malam Natal, Rabu 25 Desember 2019 Pukul 00.15 WITA. 

Kami pun turun, sambil berjalan bertemu sapa satuan tugas pos TNI-POLRI malam natal dini hari itu, meminta ijin menginap di masjid terdekat sambil menjawab dua tiga pertanyaan lewat obrolan singkat.

Pagi hari perjalanan dilanjutkan setelah sebelumnya membeli beberapa kebutuhan untuk pendakian sambil mengisi perut dengan makanan khas jajanan pasar yang ternyata ramai sekali, aktivitas jual beli masyarakat cukup tinggi kami perhatikan.

Beberapa hasil kebun pun banyak ditemukan mudah dijajakan dengan harga terjangkau, toko sembako pun tidak semewah biasanya sederhana saja, bahkan produk panganan lokal banyak pula kami temukan, ini salah satu kemandirian ekonomi yang terus didukung pemerintah setempat sepertinya terus dikembangkan dengan kebijakan memihak hasil pertanian rakyat, agar dapat dinikmati hasilnya dengan tidak bergantung pada kebutuhan di luar Pulau Sumbawa. 

Pukul 09.00 WITA dengan bantuan kenalan pertama kali jumpa, sigapnya ia membantu menaikan ke atas Elf / bus 3/4 rute Terminal Ginte Mante, Dompu - Calabai dengan tarif sekali jalan Rp. 50.000 / orang.

Kawasan Doro Ncanga | dokpri
Kawasan Doro Ncanga | dokpri

Selain banyak terdapat terhamparnya savana kawasan Kab. Dompu sebelah selatan banyak juga objek wisata pantai masyakarat lokal, lalu pertanian ladang jagung tidak luput dari pandangan mata, sementara Gunungapi Tambora perlahan mulai terlihat dan semakin menjauh semakin ke arah Barat singkapan batuan erupsi super volcano Tambora hampir tersebar sepanjang rute perjalanan, identik batuan beku dalam yang mengalami pembekuan cepat di udara, warna hitam pekat, menjulang runcing tertancap tegak tergeletak. 

Hingga dominasi dataran rendah rerumputan pun mulai bergeser berganti khas hutan tropis menandakan ketinggian permukaan semakin tinggi membawa kami tiba di sekitar kawasan Calabai pukul 11.00 WITA, lokasi pemberhentian bus ternyata berada di pasar rakyat, jadi kami putukan untuk istirahat makan siang sambil mencari buah - buahan sebagai pelengkap lainnya.

Homestay Petualang & TO Gn. Tambora | dokpri
Homestay Petualang & TO Gn. Tambora | dokpri

Akses untuk sampai pintu masuk pendakian jalur Desa Pancansila dari pasar rakyat tadi, banyak ojek yang akan mengantarkan jasanya agar tiba di basecamp pendakian, tarifnya berkisar Rp. 25.000 / orang. Sekedar informasi saja, biasanya para kang ojek ini bisa berubah jadi calo mendadak mengantarkan kalian ke homestay yang bukan tujuannya, jadi dari awal informasi harus sudah diberitahukan secara jelas untuk tolong diantarkan ke basecamp pendakian di Desa Pancasila yaitu Bang Ipul pemilik Tracking Organizer (TO) sekaligus pegawai Balai Taman Nasional Tambora (TNT) pengurusan simaksi ijin pendakian. 

Fasilitasnya cukup nyaman, rumah kayu panggung unik berbagai lukisan tertata rapih, dan terdapat lapangan tepat depan lokasi penginapan. Itulah rencana singkat tapi padat informasi dan sarat makna tentang wilayah lainnya Nusantara, bukan hanya alamnya saja namun segi sosial-budaya serta sejarah menjadi kesan pembelajaran untuk mencintai negeri ini betapa beragam dalam wujud sesuai semboyan para pendiri bangsa Bhineka Tunggal Ika. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun