Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pilih Mati di Jalan atau Mati di Rumah?

23 Juli 2020   22:38 Diperbarui: 23 Juli 2020   23:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
komunitas bersepeda, foto dokumen pribadi

Mareka yang tersisa , para pedagang keliling dengan baju lusuh dan handuk dileher, sekarang ditambah masker yang kadang membuat sulit bernafas. Para pengusaha  kuliner, pakaian dan lain-lain mencoba berdagang lagi. Ojek online yang bergerombol di jalanan berharap orderan. Dan masih banyak lagi. Semua harus dilakukan. Mati dirumah atau mati diajalan.

Kenyataannya yang ditemukan dilapangan justru mendukung keputusan untuk tetap mengutamakan ekonomi. Menurut hasil survey ditemukan 38% pasien positif covid berasal dari komunitas termasuk disini hobi, ibadah, pengajian dan olahraga. 45,2%  rumah sakit, 4,1 dari perkantoran, 5,8 buruh, 6,8 pasar.

Pasien covid-19 DKI jakarta, foto dokumen pribadi
Pasien covid-19 DKI jakarta, foto dokumen pribadi

Ternyata penyumbang positif covid-19  dari usaha (kantor dan pasar) jauh lebih rendah dari gerombolan Komunitas.  Sudah saatnya kebijakan berani dan terfokus diambil.  Hilangkan itu CFD, Corona Free Day. Awasi dan waspadai kerumunan orang di mesjid, perketat aturan shaf dan masker, karena selama ini yang saya temukan masih  banyak  penggunaan masker di tempat ibadah dan pengajian yang  sudah tidak disiplin lagi. Masker di dagu dan dikantongi saja. Semua terlihat percaya diri tanpa masker. Tidak ada yang berani menegur bahkan sang ustad sekalipun.

pedagang musiman dipinggir jalan saat dadasar tampak tidak ada yang memakai masker, gimana mau sehat. Semuaprotokol kesehatan dicuekin, jakarta eamng edun.  foto dokumen pribadi
pedagang musiman dipinggir jalan saat dadasar tampak tidak ada yang memakai masker, gimana mau sehat. Semuaprotokol kesehatan dicuekin, jakarta eamng edun.  foto dokumen pribadi

Covid masih panjang, perut harus terus diisi. Bekerjalah salah satunya cara untuk bertahan hidup. Daripada mati kelaparan dirumah lebih baik berusaha di jalanan,  dan akibatnya kita sudah tidak waspada lagi. Kemarin Sang gubernur Jakarta malah bangga dengan torehan tambahan positif yang menjadi rekor nomor satu se Indonesia. Sudah tidak bisa diharapkan lagi memang orang itu. Kemarin saja saat disuruh bagikan bansos ke warganya malah menyerah,   akhirnya  semua urusan bansos di DKI Jakarta diambil alih oleh pemerintah pusat,   sampai bulan Desember 2020.

Sekarang hanya kita sendiri yang bisa mencegah agar jangan sampai kena virus dengan waspada  dan disiplin. Patuhi protokol kesehatan. Kalau mau bermain petak umpet dengan pemerintah daerah soal pemakaian masker siapkan saja uang yang banyak, karena tidak bakal menang jika lawan Bandar. Maskermu di kepala, maskermu di dagu, ban mu tidak ada pentil, parkirmu di trotoar. Tidak ada alasan, kamu ketangkap.. denda 200ribu. Polisi dan pemda DKI Jakarta tidak akan peduli. The game is on.

The secret of change is to focus all of your energy not on fighting the old, but building the new. (Socrates)

 

SUMBER

PEMROV DKI JAKARTA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun