Pada bulan Januari 1924, Bronbeek dibangun dan mulai ditempati. Penghuni pertamanya adalah mantan gerilyawan dan pensiunan perang di Aceh dan daerah lain. Semua  uang pembangunan dari swasta dengan nama yayasan Indisch Bronbeek, sebesar 70.000 Gulden Nederland.Â
 Dalam koran Sumatra Post, "Memiliki bangunan utama, yang secara khusus didirikan untuk mantan kombatan yang belum menikah;  ini berisi enam kamar, empat kursi dan ruang rekreasi plus dapur, kamar mandi dan kenyamanan lainnya.  Ini mencakup area seluas 180 meter persegi. Â
Juga akan ada dua toko dan 42 rumah dalam empat tipe berbeda dengan luas 27 hingga 50 meter persegi; Â rumah paling tidak memiliki satu ruang tamu dan satu kamar tidur plus dapur, kamar mandi dan W.C.; Â rumah utama dua kamar tidur dan dua galeri. Â Alokasi dibuat sesuai dengan jumlah anggota keluarga. "
 Dan dalam Bataviaasch Nieuwsblad: "Sungguh suatu karya amal yang sangat penting yang dilakukan oleh komite Indisch Bronbeek sekali lagi tampak jelas bagi kami hari ini ketika kami berkunjung untuk menyediakan ruang baca di lembaga itu dengan setumpuk majalah pilihan. Â
Sebuah jalan pedesaan, yang masih bisa dilewati mobil, mengarah dari belakang rumah sakit besar di Pasar Kaliki melalui jurang menuju pegunungan yang luas di belakangnya. Â
Di sini kita tiba-tiba berdiri di depan gerbang, yang memberi akses ke kompleks rumah-rumah beton di Bronbeek. Â Mereka dibangun sesuai dengan sistem yang sama dengan rumah baru yang lebih kecil dari B.B. Â di Teluk Bujung. Â Untuk prajurit pensiunan ada 45, untuk pegawai negeri sipil pensiunan kecil 20.
 Bloemhof." Sangat menyenangkan untuk berjalan-jalan di desa yang bagus ini.  Terletak lebih tinggi dari Bandung, juga sedikit lebih segar, juga karena lokasinya yang terbuka di punggung bukit.  Ruang dan kebersihan adalah karakteristiknya.  Air pegunungan yang jernih dan sejuk mengalir melalui pipa-pipa. Sebagian besar taman yang menawan ada di sekitar rumah.
Pujian dan kekaguman di mana-mana. Namun kesenangan mereka tidak berumur lama, Jepang menyerang Hindia Belanda kemudian Jepang Mundur dari Indonesia karena kalah oleh Sekutu. Indonesia merdeka dan masa bersiap tiba.
Pembunuhan dan pembantaian
Laporan pembunuhan dan penculikan dibuat, antara lain, di Kantor Penghubung Belanda di markas Brigade Infanteri ke-37 Inggris, yang dipimpin oleh Ir. Â G.S.Vrijburg, dan kantor RAPWI di Pasar Kaliki 149.