Gak perlu lah.. semua itu sudah danta. Sudah jelas. Dari cina. Pemerintah sekarang benar-benar tega membiarkan warganya bengong melihat rakyatnya miskin tidak punya pekerjaan.
Saya terdiam. Malas berdebat. Apalagi dengan mereka-mereka yang militan seperti ini. Apalagi ini wilayah asing dan baru bagi saya. Salah-salah omong nyawa taruhannya. Kadangkala diam adalah jawaban terbaik dari suatu situasi.
Kemudian beliau mengeluarkan kertas dan menyodorkan kepada saya, Â
Kalau disini pusatnya dan hampir semua orang pilih partai itu pak. Saya rasa bapak dari orang partai.. gini saja pak. Â Tolong catat nama saya, jika bapak perlu orang untuk demo atau tabligh akbar saya bisa pak. Tinggal saya kasih kabar di grup mereka pasti datang.
Atau jika  bapak orang partai kasih tahu pak.. kami butuh bantuan. Bantuan sembako gratis lebih baik. Karena akan sangat berguna bagi kami. Bagaimana pak.
Iya deh pak.. sini saya catat.
Kemudian saya catat nama dan nomor teleponnya juga nama mesjid dia bekerja. Kemudian saya pamit, karena saya merasa  tubuh sudah mulai segar. Waktu menunjukan pukul 13.30 .  Dan pekerjaan di depan muka sudah terlihat. Saya pun pamit dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Saatnya meneruskan perjalanan.
Diatas motor saya berfikir.. males baca dan senang berbagi ternyata berbahaya. Dari sini hoax itu tumbuh subur dan menyebar.  Dan untuk melawannya  bukan perkara mudah, karena kita-kita yang tahu bahwa berita itu hoax malas berdebat. diam itu emas. diam itu jahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H