"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..." (QS. Al Maidah: ayat 2)
Tahun ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan umat Buddha secara umum memperingati Waisak yang jatuh tepat di tengah bulan suci Ramadan. Pada tahun-tahun sebelumnya, relawan Tzu Chi selalu hadir membagikan takjil di jalan-jalan untuk memudahkan umat muslim membatalkan puasanya.
Relawan Tzu Chi di Tangerang dan Surabaya misalnya, tahun lalu membagikan lebih dari 1.000 paket takjil on the road bagi pengendara yang melintas, khususnya para pengemudi ojek online. Sementara relawan Tzu Chi Makasar tahun lalu menyasar kaum dhuafa sebagai penerima bingkisan takjil yang mereka siapkan.
Kini, kegiatan bagi-bagi takjil tersebut jelas tak dapat dilakukan. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mewajibkan semua orang tinggal di rumah. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan umat Buddha secara umum pun harus merayakan Waisak tanpa bisa hadir di Vihara.
Namun saya kira, takjil itu sesungguhnya tetap dibagikan --dan sudah dibagikan-- oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Hanya saja, bentuknya yang berbeda. Bukan lagi makanan pembatal puasa, melainkan APD, masker, hand sanitizer, dan keperluan medis lainnya.
Jumlahnya pun tak kalah fantastis. Kalau dulu takjil yang dibagikan bisa menyentuh angka ribuan paket, kini masker dan hand sanitizer yang dibagikan sudah menyentuh angka ribuan paket. Pembagian APD yang dilakukan pun sudah menyentuh angka 3 digit di seluruh Indonesia.
Inilah yang sempat membuat saya, yang notabene seorang muslim, merasa malu. Bagaimana bisa Yayasan Buddha Tzu Chi berderma sangat banyak di bulan Ramadan tahun ini. Bahkan mereka berderma ketika sebagian besar dari kita harus menekan porsi infak demi memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak.
Para relawan Tzu Chi telah mengajarkan arti pengendalian diri yang sesungguhnya kepada kita. Bahwa hadirnya kita di dunia, adalah untuk memberikan rahmat bagi seluruh makhluk yang ada. Jadi tidak boleh ada batasan sama sekali dalam urusan memberi.
Karenanya, pada momen Waisak ini, izinkan saya mengucapkan selamat dan terima kasih. Selamat merayakan Waisak dan merefleksikan Siddharta dalam kehidupan sehari-hari. Dan terima kasih karena sudah memberi kontribusi yang tidak dapat diukur lagi bagi bangsa dan negara ini.
Semoga Waisak pada bulan Ramadan ini bukan hanya menjadi berkah bagi umat Muslim dan Buddha, tapi juga umat seluruh agama yang ada di dunia. Amin.