Ketakutan sebagian besar pihak akan krisis pangan akibat pandemi COVID-19 nyatanya memang belum berlaku di Indonesia. Harga pangan di pasar-pasar induk cenderung stabil. Bahkan sebagian komoditi justru mengalami penurunan.
Rumah saya sendiri berdekatan dengan 3 pasar tradisional, yakni Pasar Kecapi Jatiwarna, Pasar Jatiasih Baru, dan Pasar Atrium Pondok Gede. Ketiganya sama-sama mendapatkan barang dari satu sumber yang sama yaitu Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.
Berdasarkan pantauan di situs Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata komoditi hari ini (29/4) di Pasar Kramat Jati terbilang stabil. Kenaikan hanya terjadi pada komoditi cabai merah keriting (menjadi Rp10.000,-/kg), cabai rawit merah (menjadi Rp12.000,-/kg), dan tomat buah (menjadi Rp9.000,-/kg). Ketiganya sama-sama mengalami peningkatan sebesar seribu rupiah.
Komoditi seperti cabe merah besar, cabe rawit hijau, bawang merah, dan kentang bahkan mengalami penurunan mulai dari Rp500,- hingga Rp3.000,- per kilogramnya. Sementara harga komoditi lain seperti bawang putih cenderung tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya.
Kestabilan harga panganan ini tentu menggembirakan kita yang berposisi sebagai pembeli. Pasalnya, di tengah terbatasnya pemasukan akibat pandemi, konsumsi rumah tangga justru mengalami kenaikan. Seluruh anggota keluarga yang berdiam #dirumahaja mau tak mau meningkatkan angka konsumsi itu sendiri.
Apalagi situasi saat ini sudah berada di bulan Ramadan. Tanpa kehadiran pandemi, konsumsi rumah tangga saat Ramadan jelas mengalami peningkatan secara alami. Karenanya, harga pangan yang relatif stabil amat perlu kita syukuri.
Akan tetapi, kesyukuran yang sama belum tentu dapat muncul dari lisan para pedagang. Nyatanya, harga pangan yang stabil di pasaran hari ini memang belum tentu juga menggembirakan bagi mereka.
Banyak Faktor yang Menyebabkan Pedagang Sulit Bergembira
Pertama, omzet mereka jelas mengalami penurunan yang signifikan. PSBB menyebabkan waktu operasi berkurang, sehingga jumlah pembeli pun otomatis mengalami pengurangan. Para pembeli itu pun amat jarang yang berbelanja dalam jumlah besar karena daya belinya juga mengalami penurunan.
Pemerintah daerah memang sudah menyiasati hal ini dengan mengadakan layanan online. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kota Bekasi misalnya, sudah bekerja sama dengan 10 pasar se-kota Bekasi sejak awal bulan April untuk melakukan pemesanan lewat aplikasi WhatsApp.
Tetapi masih banyak warga kota Bekasi yang belum mengetahui layanan ini. Kalau pun sudah mengetahui, sebagian besar masih cenderung memilih untuk berbelanja langsung di pasar atau gerobak sayur langganan setiap pagi.
Kedua, para pedagang juga masih merasa was-was akibat berhembusnya kabar pasokan beberapa komoditi yang terhambat akibat cuaca. Beberapa sentra produksi pangan di daerah dikabarkan gagal mencapai target panen akibat hujan yang kerap mengguyur setiap hari.
Pemerintah pun sudah kembali membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan pasar. Namun kebijakan yang cukup terlambat ini berpotensi menimbulkan jarak (gap) waktu dari masuknya bahan pangan tersebut ke Indonesia sampai tiba di pasar-pasar tradisional.
Akibatnya, amat mungkin terjadi lonjakan harga pada beberapa komoditi seperti gula putih dan bawang. Inilah yang membuat pedagang was-was, karena rendahnya omzet yang mereka hasilkan hari ini belum tentu cukup menjadi modal lagi kalau-kalau harga pangan melonjak tinggi.
Di samping itu, para pedagang sendiri sebagian besar sudah tergolong ke dalam kelompok yang rentan miskin. Gangguan sedikit saja pada proses transaksi dari hari ke hari bisa membuat mereka miskin dalam seketika.
Oleh karenanya, amat penting bagi kita untuk tetap berbelanja bahan pangan melalui pasar tradisional. Langkah sederhana ini dapat terasa begitu bermakna bagi para pedagang di luar sana. Margin keuntungan tipis-tipis yang mereka kumpulkan amat berarti untuk menyambung hidup dan dagang dari hari ke hari.
Jangan lupakan juga untuk hanya membeli barang dalam kuantitas yang memang kita butuhkan. Berbelanja melebihi kebutuhan hanya akan menurunkan stok persediaan di pasar dan dapat menyulitkan mereka yang benar-benar membutuhkan. Semoga Ramadan dapat menjadi momen bagi kita untuk mengasah kepekaan.
Selamat berbelanja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H