Tetapi masih banyak warga kota Bekasi yang belum mengetahui layanan ini. Kalau pun sudah mengetahui, sebagian besar masih cenderung memilih untuk berbelanja langsung di pasar atau gerobak sayur langganan setiap pagi.
Kedua, para pedagang juga masih merasa was-was akibat berhembusnya kabar pasokan beberapa komoditi yang terhambat akibat cuaca. Beberapa sentra produksi pangan di daerah dikabarkan gagal mencapai target panen akibat hujan yang kerap mengguyur setiap hari.
Pemerintah pun sudah kembali membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan pasar. Namun kebijakan yang cukup terlambat ini berpotensi menimbulkan jarak (gap) waktu dari masuknya bahan pangan tersebut ke Indonesia sampai tiba di pasar-pasar tradisional.
Akibatnya, amat mungkin terjadi lonjakan harga pada beberapa komoditi seperti gula putih dan bawang. Inilah yang membuat pedagang was-was, karena rendahnya omzet yang mereka hasilkan hari ini belum tentu cukup menjadi modal lagi kalau-kalau harga pangan melonjak tinggi.
Di samping itu, para pedagang sendiri sebagian besar sudah tergolong ke dalam kelompok yang rentan miskin. Gangguan sedikit saja pada proses transaksi dari hari ke hari bisa membuat mereka miskin dalam seketika.
Oleh karenanya, amat penting bagi kita untuk tetap berbelanja bahan pangan melalui pasar tradisional. Langkah sederhana ini dapat terasa begitu bermakna bagi para pedagang di luar sana. Margin keuntungan tipis-tipis yang mereka kumpulkan amat berarti untuk menyambung hidup dan dagang dari hari ke hari.
Jangan lupakan juga untuk hanya membeli barang dalam kuantitas yang memang kita butuhkan. Berbelanja melebihi kebutuhan hanya akan menurunkan stok persediaan di pasar dan dapat menyulitkan mereka yang benar-benar membutuhkan. Semoga Ramadan dapat menjadi momen bagi kita untuk mengasah kepekaan.
Selamat berbelanja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H