Dengan kata lain, perhitungan yang sangat kasar ini mengisyaratkan bahwa peluang penghematan anggaran dari penerapan sistem online di sensus 2020 dapat berkisar pada rentang 0,8-9,4%.
Apakah nilai tersebut tergolong signifikan? Saya belum bisa menyimpulkan. Apalagi membandingkan nilai tersebut dengan harga sensus di negara lain.
Sebagai gambaran, sensus penduduk di Finlandia pada tahun 2010 hanya sebesar 0,2 Euro per kepala. Sensus penduduk pada tahun yang sama memakan biaya 6,2 Euro per kepala di Inggris dan 13,6 Euro per kepala di Swiss.
Artinya bahwa harga sensus per kepala di negara yang berbeda tidak bisa dikomparasikan dengan melihat nilainya saja. Ada banyak faktor internal yang lebih berpengaruh, seperti kondisi geografis dan kebutuhan negara akan kompleksitas data.
Karenanya, untuk mengatakan bahwa anggaran sensus online 2020 itu lebih murah, hanya bisa dibandingkan dengan anggaran sensus pada periode sebelumnya. Dan berdasarkan hasil perhitungan kasar di atas, nampaknya tidak terlihat penghematan yang cukup signifikan.
Lantas muncullah beragam pertanyaan. Mengapa anggaran sensus yang sudah menerapkan sistem online masih sebesar itu? Apakah target sensus online masih terlalu kecil?Â
Lalu pos biaya apa yang membuat anggaran sensus membengkak? Jangan-jangan sistem online memang belum bisa menggantikan pos biaya yang bengkak tersebut.
Anda memiliki jawabannya? Beritahu saya lewat kolom komentar di bawah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI