Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lari Pagi di Komplek Tetangga, Kenapa Tidak?

16 Februari 2020   06:07 Diperbarui: 16 Februari 2020   09:07 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lari Pagi di Komplek Perumahan. Sumber foto: citramaja.com

Dua pekan lalu, salah seorang kawan saya membagikan rekam larinya lewat aplikasi Strava di story Instagram. Sontak saya membalas story tersebut dengan bertanya, "Kamu habis lari di mana?"

Pertanyaan saya ini tentu bukan sekadar basa-basi. Saya tahu persis kalau komplek perumahannya bukan komplek yang cukup ideal untuk lari pagi. Jalan berlubang dapat ditemui di banyak sisi. Belum lagi banyaknya kendaraan yang lewat sekedar untuk mencari jalan pintas.

Berlari di trek lari pun sepertinya tidak mungkin. Pasalnya, sebagai sesama warga Bekasi, saya tahu persis kalau jumlah trek lari di kota metropolitan ini belum begitu banyak. 

Yang terdekat dari wilayah tempat tinggal kami nampaknya hanya Stadion Patriot. Itu pun sudah memakan waktu 20 menit perjalanan menggunakan motor dari wilayah rumah kami.

"Udah, ikut gue aja lari minggu depan!" jawabnya singkat.

Maka berangkatlah saya ke rumahnya pada hari yang dijanjikan itu. Tak disangka, ia justru mengajak saya mengendarai motor dari rumahnya menuju tempat lari yang dimaksud.

Anehnya, ia justru mengarahkan motornya ke komplek tetangga. Dan hanya dengan berbekal senyum tipis, ia berhasil mendapatkan restu dari satpam yang berjaga di gerbang depan! Alhasil kami berhasil masuk ke komplek yang rindang dan sepi itu.

Rupa-rupanya kawan saya ini punya hobi lari pagi di komplek tetangga. Menurutnya, lari di komplek tetangga itu setidaknya memiliki 3 keunggulan sebagai berikut:

Pertama, komplek itu tidak dilalui kendaraan umum sama sekali. Hasilnya, tentu saja tidak akan ada gangguan berarti selama berlari. Jalanan pun relatif jauh lebih mulus dan terawat karena tidak mendapat beban yang berat setiap hari.

Kualitas udara di komplek semacam ini pun bisa dikatakan masih sangat baik. Amat segar dan bersih tanpa debu yang berarti. Suatu fenomena yang amat jarang bisa saya temukan di Bekasi sejak 5 tahun terakhir.

Kedua, komplek ini sepi. Tentu saja para penghuninya tidak kemana-mana. Toh jajaran mobil milik mereka berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan. Tetapi penghuni komplek yang memilih untuk lari pagi di lingkungannya sendiri ini bisa dihitung jari.

Berlari di trek lari semacam Stadion Patriot Bekasi tentu juga memiliki nilai tambah tersendiri. Tetapi bagi kami, berlari di tempat sepi itu memiliki sensasi yang berbeda. Kami bisa fokus menikmati lari tanpa perlu diganggu orang atau musik keras yang kerap menjadi distraksi.

Asumsi saya, para penghuni komplek ini nampaknya lebih menyukai sarana olahraga yang lain. Mungkin saja mereka lebih aktif mengikuti senam atau fitness di gym bukan? Atau malahan, beberapa alat fitness itu sudah mereka miliki di rumah masing-masing.

Ketiga, berlari di komplek tetangga itu murah! Tiket masuknya cukup seperti yang dilakukan oleh kawan saya tadi: senyum kepada satpam. Parkir kendaraan pun bisa diatur di tempat umum seperti masjid atau lapangan. 

Risiko kehilangan di komplek juga relatif rendah selama kendaraan memang terkunci dengan benar.

Bila sudah tuntas berlari, mencari sarapan di sekitar area komplek juga bukan perkara sulit. Harganya tentu saja relatif lebih murah ketimbang harga di pusat keramaian seperti stadion. Betul-betul pilihan yang tepat untuk golongan mahasiswa seperti kami.

Kami percaya kalau rumput tetangga itu selalu lebih hijau. Jadi, apakah Anda berencana untuk mengikuti jejak kami?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun