Kombinasi keduanya menciptakan kualitas kesehatan yang lebih baik sekaligus meningkatkan mood, dua faktor penting yang membuat seseorang nyaman melakukan hubungan seksual.
Akan tetapi kedua senyawa tersebut lagi-lagi terkandung di dalam biji kokoa. Adapun cokelat yang kini banyak beredar di pasaran, tentu sudah mengandung banyak bahan tambahan seperti susu, gula, lemak atau kacang.
Akibatnya, tentu kadar senyawa bioaktif pada kokoa akan semakin mengecil. Efek fisiologisnya pun bisa tertutupi oleh efek dari senyawa lain yang lebih dominan seperti gula dan lemak.
Jadi jangan heran kalau setelah mengonsumsi cokelat, manfaat dari theobromine dan polifenol yang diharapkan tak kunjung didapatkan.
Alih-alih ingin berat badan turun dengan konsumsi cokelat, justru bisa makin bertambah akibat kadar lemak yang jauh lebih dominan masuk ke dalam tubuh.
Jangan pula cokelat dijadikan kambing hitam atas meningkatnya seksualitas di hari Valentine.
Peningkatan itu justru diakibatkan suasana dari hari Valentine itu sendiri. Mulai dari postingan tentang cinta yang semakin marak, lagu-lagu yang memberikan dorongan seksual, atau sentuhan tak biasa yang dihadirkan oleh pasangan.
Selamat mengonsumsi cokelat!
Referensi:
Salonia A, Fabbri F, Zanni G, Scavini M, Fantini GV, Briganti A, Naspro R, Parazzini F, Gori E, Rigatti P, & Montorsi F. Chocolate and Women's Sexual Health: An Intriguing Correlation. J Sex Med 2006;3;476-482.
Rany S. Natural Aphrodisiacs. J Sex Med 2010;7;39-49.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H