Hal ini dikarenakan fungsi polifenol sebagai agen pereduksi terhadap kondisi stress oksidatif pada sel tubuh atau lebih dikenal dengan sebutan antioksidan.
Kombinasi antara senyawa theobromine dan polifenol berkadar tinggi inilah yang digadang-gadang mampu meningkatkan seksualitas.
Peningkatan mood yang didapat dari theobromine, dipadukan dengan kemampuan reduksi stres dari polifenol, dipercaya mampu menumbuhkan gairah dan keintiman.
Salah satu penelitian yang banyak dirujuk untuk menguatkan argumen ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Salonia dkk pada tahun 2006.
Penelitian yang dipublikasikan pada The Journal of Sexual Medicine itu menunjukkan bahwa konsumsi cokelat mampu meningkatkan indeks fungsi seksual pada wanita.
Sayangnya ketika data tersebut dinormalkan dengan data umur responden, tidak terlihat perbedaan signifikan antara kelompok wanita pengonsumsi cokelat dengan yang tidak.
Sang peneliti pun memberikan kesimpulan dengan kata "alluring", yang berarti bahwa masih terdapat misteri di balik pembuktian manfaatnya.
Penelitian tersebut kemudian disambung oleh Rany Shamloul yang menerbitkan jurnal review pada tahun 2010 tentang sumber makanan alami yang dapat meningkatkan gairah seksual (natural aphrodisiacs).
Menurut Rany, pernyataan bahwa cokelat dapat meningkatkan gairah belum dapat dijadikan kesimpulan karena literatur terkait hal tersebut masih sangat minim dan lemah pembuktian.
Dengan kata lain, belum dapat dikatakan bahwa cokelat dapat berdampak secara langsung terhadap seksualitas. Yang boleh dikatakan adalah bahwa cokelat dapat berdampak secara tidak langsung terhadap seksualitas.
Dampak tidak langsung ini tidak lain dikarenakan senyawa theobromine dan polifenol yang telah kita bahas pada paragraf di atas.