Ketika WHO mengumumkan status PHEIC, Li Wenliang sedang terbaring sebagai pasien di rumah sakit tempat ia bekerja. Kondisinya tak kunjung membaik walau sudah 14 hari lebih ia mengidap sakit.
Dua hari kemudian, tepat tanggal 1 Februari 2020, Li Wenliang divonis positif memiliki n-CoV di dalam tubuhnya. Ia pun terpaksa ikut dikarantina bersama pasien-pasien lainnya di ruang-ruang khusus di Wuhan Central Hospital.
Jumat (7/2/2020), tak sampai seminggu semenjak pertama dikarantina, Li Wenliang pun menghembuskan napas terakhirnya. Li menjadi satu diantara 638 orang yang sudah berpulang semenjak merebaknya wabah virus Corona. Mereka adalah 2% kelompok dari 31.320 orang yang sudah dinyatakan positif mengidap n-CoV di seluruh dunia.
Tak perlulah kita merundung pemerintah Cina atas kematian Li Wenliang. Penulis pun yakin, kalau Li, akan lebih bahagia jika kita menjadikan kasus kematiannya sebagai pendorong untuk bekerja lebih baik lagi.
Li Wenliang akan lebih bahagia jika kita segera bangkit dan mengerahkan kekuatan bersama untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa selagi bisa.
Mari mengheningkan cipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H