Mari temukan jawabannya lewat simulasi berikut.
Pemilihan kelas menengah didasarkan pada 2 hal. Pertama bahwa produk KITA memang didesain untuk masyarakat kelas menengah seiring dengan kualitas dan pengemasannya yang telah diatur sedemikian rupa.Â
Kedua bahwa nilai pendapatan masyarakat kelas menengah dapat didekati dengan nilai pendapatan per kapita nasional. Nilai ini sendiri pada pertengahan 2017 lalu berada pada posisi 3.600 USD [vi] atau kurang lebih setara dengan 50 juta rupiah (berdasarkan kurs Webull 31 Mei 2018).
Simulasi kemudian dilakukan dengan mengambil empat produk KITA yang termasuk kedalam sembilan bahan pokok yakni Beras KITA, Minyak Goreng KITA, Manis KITA (gula pasir putih), dan Daging KITA. Tiga produk KITA lainnya yang sudah umum dipasarkan juga menjadi objek dari simulasi ini. Mereka adalah Cabe KITA, Bawang Putih KITA, dan Terigu KITA.
Terdapat barang jenis sembako seperti telur dan susu yang tidak diikutsertakan dalam simulasi ini dengan alasan produk tersebut belum diproduksi sebagai produk KITA. Ada juga produk KITA yang tidak diikutsertakan dalam simulasi seperti Ikan KITA dan Jagung KITA karena produk-produk tersebut masih belum umum ditemukan pada sebagian besar RPK.
Maka simulasi pun dilakukan dengan memanfaatkan data dari BPS untuk menentukan nilai konsumsi per jenis barang [vii]. Khusus untuk produk daging digunakan pendekatan nilai gabungan dari konsumsi daging ayam dan daging sapi per orang per pekan. Adapun nilai konsumsi terigu didekati dengan nilai 25 kg/orang/tahun sebagaimana data dari PT Bungasari Flour Mills [viii].
Perhitungan ini memang masih sangat kasar sebab belum memperhitungkan cukup banyak faktor seperti inflasi dan pembelian produk-produk pangan yang lain.Â
Akan tetapi simulasi rencana konsumsi ini tentu sudah dapat mengindikasikan adanya peluang penghematan yang cukup signifikan pada keluarga kelas menengah. Pasalnya pengeluaran utama dalam sektor makanan pada keluarga kelas menengah tentu berasal dari barang-barang pokok yang umumnya dinyatakan dalam simulasi diatas.
Di sisi lain konsumsi produk-produk KITA oleh keluarga kelas menengah juga berpotensi mendorong besar pendapatan dari Perum BULOG. Wait, memangnya untuk apa Perum BULOG mendapatkan untung yang besar?