Adapun keunikan dari huruf B dan D (ketika mengawali sebuah kata atau suku kata dalam bahasa Bima) bukan saja terletak pada cara pengucapannya.
Keunikan yang sesungguhnya adalah ketika salah satu dari kedua huruf itu diucapkan dengan cara yang berbeda __dalam bahasa Bima, maka kata tersebut akan memiliki arti atau makna yang berbeda pula dalam Bahasa Indonesia. Meskipun kata yang diawali oleh salah satu dari kedua huruf tersebut memiliki komposisi dan susunan yang sama dalam tulisannya.
Adapun cara pengucapan huruf B/D dalam bahasa Bima dibagi menjadi dua cara, yakni dengan cara tegas (sebagaimana tulisannya), dan dengan cara samar. Meskipun pada dasarnya, pengucapan secara samar ini masih terdengar jelas bunyi B atau D nya. Dan pengucapan dengan cara samar inilah yang sering menyulitkan lidah mereka yang baru belajar bahasa Bima atau bahkan mereka (non Bima) yang sudah bisa berbahasa Bima sekalipun.
Maka cara untuk membedakan arti sebuah kata yang ditulis dengan komposisi dan susunan yang sama dalam bahasa Bima, harus ditambahkan tanda penyingkat atau apostrof ( ' ) sebelum huruf B atau D pada sebuah kata atau suku kata tertentu dalam bahasa Bima.
Ada semacam hukum atau aturan tersendiri (meskipun tidak tertulis) dalam hal cara pengucapan kedua huruf tersebut.
Yang pertama, hukum Tekanan Udara (ini istilah saya. Maaf bila istilah ini sudah dipublikasikan sebelumnya. Saya tidak mengklaim diri sebagai penemu istilah ini); sebagaimana kita tahu, setiap huruf yang keluar dari mulut kita memiliki sumber tekanan udara masing-masing yang menjadi asal atau tempat lahirnya. Yaitu di rongga dada, kerongkongan, rongga mulut, dan bibir. Maka dalam hukum tekanan udara, untuk kedua huruf ini dapat dibagi menjadi dua, yakni tekanan udara rongga dada untuk B/D yang diucapkan secara tegas, dan tekanan udara kerongkongan untuk B/D yang disamarkan.
Yang kedua adalah hukum Hamzah Mati (ini juga istilah saya)...
Berhubung kapasitas karakter untuk ponsel saya terbatas, terpaksa bersambung lagi...Adapun keunikan dari huruf B dan D (ketika mengawali sebuah kata atau suku kata dalam bahasa Bima) bukan saja terletak pada cara pengucapannya.
Keunikan yang sesungguhnya adalah ketika salah satu dari kedua huruf itu diucapkan dengan cara yang berbeda __dalam bahasa Bima, maka kata tersebut akan memiliki arti atau makna yang berbeda pula dalam Bahasa Indonesia. Meskipun kata yang diawali oleh salah satu dari kedua huruf tersebut memiliki komposisi dan susunan yang sama dalam tulisannya.
Adapun cara pengucapan huruf B/D dalam bahasa Bima dibagi menjadi dua cara, yakni dengan cara tegas (sebagaimana tulisannya), dan dengan cara samar. Meskipun pada dasarnya, pengucapan secara samar ini masih terdengar jelas bunyi B atau D nya. Dan pengucapan dengan cara samar inilah yang sering menyulitkan lidah mereka yang baru belajar bahasa Bima atau bahkan mereka (non Bima) yang sudah bisa berbahasa Bima sekalipun.
Maka cara untuk membedakan arti sebuah kata yang ditulis dengan komposisi dan susunan yang sama dalam bahasa Bima, harus ditambahkan tanda penyingkat atau apostrof ( ' ) sebelum huruf B atau D pada sebuah kata atau suku kata tertentu dalam bahasa Bima.