Duhh,.. Dek hayati
Apa kabarmu kali ini?
Menyongsong cakrawala dikala sendja disudut kota buitenzorg kah?Â
Kali Ramadhan mu hanya menahan perut
Terganjal lorong-lorong hampa bukan
Suara mu kering
Rapal mantra mu kian tak mendenging
Disudut magrib tiba
Atau saat subuh kala ku menggandeng mu diatas tangga masjid raya
Dek hayati,.. Kekasihku
Peluh rong-rong buruh mengadu
Lihatlah orang miskin kucel berjalan tanpa arah
Lihat lah si kucel mencium kaki berdasi didepan nya.
Duh dek hayati,..
Jangan sekali-kali anak-anak kita mengenyam dunia sekolah, sebab hanya akan menjadi penjajah bangsa nya sendiri.
Lebih baik angon sapi di rumah atau macul di sawah.
Lihatlah lagi diseberang jembatan sana. Ada maling dek hayati ada maling.
Ada ketokan di depan pintu
Ada tamu dek hayati
Ada tamu,..
Wajah nya putih,
Wahhhh ini orang china, kataku
Mau maling dirumah ku.
Hahahaha,...Â
Wahhhh membayangkan  kamu dek hayati adalah membayangkan saat kita berjalan di terjal nya gunung dan ku gandeng tangan mu.
Dan ku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman itu.
Alhamdulillah aku masih ingat itu.
Dek hayati,..
Kucukupkan surat ku hari ini
Jangan pernah lupa akan pesan ku
,...
-Loji, 13 Pasa 1439
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI