TRUE Story : Seri , Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan ( Eps.31)
Bab.VIII.hal.3 Layu sebelum berkembang
##, Â Kembali ke Malang
Tanpa terasa, aku tertidur begitu pulas di atas pasir putih pantai Labuan Balad, ditemani debur ombak dan desiran anginnya. Menjelang sore, baru aku pulang ke rumah abang angkat ku itu.Â
Dengan hati galau, Ku utarakan niat ku untuk secepat nya pulang ke Malang  Dia memaklumi kondisi dan perasaan ku, dan berjanji akan membantu ku sebisa nya.Â
Keesokan hari nya, aku berpamitan untuk pulang ke Malang, sambil mengucapkan trima kasih tak terhingga, atas segala yang telah aku terima, selama berada di daerah mereka. Â
Sebelum berangkat, aku sempat mencoba menemukan Gadis itu, yang tak lagi pernah kulihat, sejak aku resmi  menyampaikan niat.  Kata nya ia sedang berada di Sumbawa Besar.  Entahlah! Â
Kutinggalkan Taliwang dengan dada sedikit perih. Â Ada harapan yang tertinggal disana. Â Ada cinta yang mulai merona. Â Ada rasa yang tumbuh merekah diantara kami. Â
Tapi, adat istiadat dan budaya, mungkin tak akan sanggup menyatukan kita. Â Kudengar, di daerah itu, ada cara menikah sedikit unik. Â Namanya.: "Merari." - Â Ini bentuk pernikahan yang tak lazim memang.Â
Jika sepasang pemuda dan pemudi yang saling mencintai, tapi terhalang sesuatu dan lain hal, maka mereka boleh melakukan kawin lari, atau disebut dengan " Merari,"  Asalkan mereka harus mendapatkan perlindungan dari orang yang dianggap terhormat, dan memiliki martabat di mata masyarakat  setempat. Â
Entah benar,  entah tidak, aku tak tahu pasti. Tapi tentu saja, aku tak akan  mengambil jalan nekad seperti itu.  Sebab, aku mau dengan cara terhormat dan bermartabat. Dengan cara dan adat budaya umum nya. Bukan dengan cara yang tidak biasa
Aku sekarang sudah kembali ke Malang.
Ustad menyambut ku dengan senyum tipis. Â Rupanya beliau mungkin sudah mendengar apa yang terjadi selama aku di Sumbawa. Beliau menegaskan, bahwa bahasa yang mereka sampaikan itu, adalah bahasa penolakan secara halus. Jadi aku tak perlu berharap terlalu jauh. Â Aku mengangguk kecil, memahami nasehat beliau.Â
 Malam ini aku menerawang langkah dan jalan hidupku, apa yang telah ku lalui, apa yang telah ku alami, apa yang telah ku rasakan.  Sudah sekitar enam tahun aku di pulau Jawa, banyak pengalaman yang telah kudapat. Â
Bekal hidup dan perjalanan, sekarang, usia ku sudah menginjak tiga puluh tahun, waktu yang tepat untuk menikah, tapi dengan siapa? Aku tak punya bayangan. Â Aku tak punya kekasih pujaan hati, Â aku tak punya cinta, Â aku tak punya siapa siapa!Â
Tiba-tiba, terlintas dibenak ku, beberapa tahun yang lalu, ada sahabat ku di Surabaya, yang pernah menawarkan kepada ku untuk menikah. Aku tersenyum, dan memutuskan untuk berkunjung kerumah nya, dalam waktu dekat. Â
Aku sudah memutuskan, aku harus menikah! Apapun cara nya, siapapun orang nya, Â semua nya kuserahkan pada pilihan Allah, atas jalan hidup yang akan ku lalui berikut nya. Â
Cinta? aku tak butuh cinta, aku butuh istri! Â Cinta akan datang nanti setelah menikah, Â begitu kata ustad kepadaku. Â Aku mulai berubah fikiran, Â dan menerima saran nya. Â Bersambung Episode : 32 ( baca disini ) Â ( baca dari awal )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI