Hidup ini sederhana menurut saya. Namun hidup yang mestinya sederhana, akan menjadi tidak sederhana bila kita dibebani untuk mencapai cita-cita dan harapan orang lain.
Ketika seorang kawan saya bercerita tentang betapa geramnya istrinya mendengar kabar bahwa saya mengijinkan anak saya menikah muda, saya tersenyum dan berkata padanya,
" Hmm...bapak dan ibu, mestinya tidak harus menderita dengan kebahagiaan saya. Saya bahagia mengijinkan orang lain menjadi dirinya sendiri. Juga sangat bahagia manakala mampu menghormati anak saya. Mungkin kalimat "menghormati anak", agak asing bagi orang lain, tapi saya telah lama belajar menerapkan itu. Bagi saya, menghormati anak saya adalah menghargai pilihan hidupnya. Merestui keputusannya memilih jalan hidupnya. Hidupnya adalah hidupnya..dan..Yang diperlukan anak-anak itu, hanya restu, bukan nyawa...lantas, disebelah mana saya harus keberatan?"
Ijin atau restu, sering dianggap sebagai harta benda yang paling berharga, sehingga teramat sulit untuk dibagi/dilepaskan. Inilah sumber ketidakbahagiaan.
Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah Yang Maha Kuasa. Terima kasih kepada semua yang menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H