"A bad system will beat a good person every time." W. Edwards Deming
Pernahkah Anda membaca quote di atas?Â
Saya yakin, quote ini sangat relevan dengan kehidupan kita. Di saat kita berusaha menjadi versi terbaik diri kita, berusaha menjadi effective and great people, namun sering kali kita terbentur dengan sistem yang buruk. Baik itu di tempat kerja, dalam lingkungan sosial, atau bahkan dalam sistem yang lebih luas, kita sering merasa terbatas oleh aturan yang tidak mendukung perubahan positif.
Saya pribadi sempat merasa putus asa. Berbagai kali saya bertanya-tanya, "Apakah menjadi orang yang baik dan berintegritas itu cukup?" Di tengah sistem yang sudah rusak, saya merasa usaha saya mungkin sia-sia. Terlebih lagi, jika saya sudah berada dalam sistem yang tidak adil, saya takut kualitas pribadi saya akan terbawa arus dan terpengaruh oleh keburukan sistem yang ada. Namun, di sinilah pelajaran besar dalam perjalanan kepemimpinan saya dimulai di dalam mata kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem.
Mengenali Sistem yang Ada
Melalui pengalaman mengikuti mata kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem, saya mulai menyadari bahwa kesulitan untuk mengubah sistem tidak berarti kita harus menyerah. Dalam fifth discipline yang diajarkan oleh Peter Senge, salah satu konsep utama adalah systems thinking atau berpikir sistem. Konsep ini mengajarkan kita untuk melihat masalah dari perspektif yang lebih luas, bukan hanya sekadar melihat dari sudut pandang individu.
Dalam konteks ini, saya mulai memahami bahwa sistem yang buruk bisa menghalangi potensi seseorang, namun jika kita mampu mengidentifikasi titik-titik permasalahan dalam sistem tersebut dan melakukan perubahan dari dalam, kita bisa mengubahnya sedikit demi sedikit. Saya belajar bahwa kepemimpinan strategis bukan hanya soal menjadi individu yang hebat, tetapi juga tentang memengaruhi dan mengubah sistem yang ada.
Kepemimpinan yang Mengubah Sistem
Salah satu pelajaran berharga yang saya peroleh adalah bahwa kepemimpinan tidak hanya tentang memberi arahan, tetapi juga tentang memiliki keberanian untuk mengubah sistem yang ada. Kepemimpinan yang efektif dimulai dari penguasaan diri, namun untuk membawa perubahan yang lebih besar, seorang pemimpin harus bisa melihat di luar diri sendiri, memahami dinamika sistem, dan kemudian membuat perubahan yang sistemik.
Di tempat kerja saya, misalnya, saya mulai berusaha melihat lebih dalam ke dalam struktur dan kultur organisasi yang ada. Dengan berpikir kritis dan mengidentifikasi pola yang ada dalam sistem, saya mulai mengusulkan perubahan-perubahan kecil yang bisa berdampak besar dalam jangka panjang. Saya belajar bahwa meski perubahan besar seringkali terasa sulit dan memakan waktu, langkah-langkah kecil yang konsisten bisa membuka jalan menuju perubahan yang lebih besar.
Pentingnya Kolaborasi dalam Mengubah Sistem
Namun, perubahan sistem tidak bisa dilakukan seorang diri. Melalui pengalaman dalam mata kuliah ini, saya semakin memahami bahwa kolaborasi dan komunikasi yang efektif adalah kunci untuk membawa perubahan dalam sebuah sistem. Dalam diskusi kelompok, saya belajar bahwa membangun konsensus dan mendengarkan perspektif yang beragam adalah bagian dari proses perubahan itu sendiri.
Menghadapi sistem yang buruk bukanlah tugas individu. Dibutuhkan kerjasama antar individu yang memiliki visi yang sama dan tekad untuk memperbaiki sistem. Melalui kolaborasi ini, kita bisa saling mendukung dan menemukan solusi yang inovatif untuk mengatasi kendala yang ada dalam sistem.
Berpikir Sistem untuk Mengubah Sistem
Dalam menghadapi tantangan sistem yang buruk, saya mulai menerapkan pendekatan berpikir sistem. Melalui systems thinking, kita bisa lebih memahami hubungan antara berbagai elemen dalam suatu sistem dan bagaimana perubahan kecil pada satu elemen bisa mempengaruhi keseluruhan sistem. Pendekatan ini membantu saya melihat masalah secara lebih holistik dan membuat keputusan yang lebih tepat untuk merancang solusi yang lebih efektif.
Sebagai contoh, di UNAIDS Indonesia, dalam merancang program HIV berbasis bukti, saya mulai memanfaatkan prinsip systems thinking untuk melihat bagaimana berbagai komponen seperti kebijakan, layanan kesehatan, dan pemberdayaan komunitas saling terkait. Dengan pendekatan ini, saya bisa menciptakan program yang tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga pada perubahan sistem yang mendukung keberhasilan jangka panjang.
Melalui semua pengalaman ini, saya semakin menyadari bahwa perubahan besar dalam sistem memerlukan waktu dan usaha yang berkelanjutan. Kepemimpinan strategis tidak hanya soal mengubah individu, tetapi juga tentang mengubah sistem yang ada untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan individu dan organisasi. Saya percaya bahwa meskipun kita menghadapi sistem yang buruk, kita tetap bisa memengaruhi dan membawa perubahan dengan pendekatan yang tepat.
Pada akhirnya, perjalanan kepemimpinan saya mengajarkan bahwa meski sistem yang buruk bisa mengalahkan individu yang baik, individu yang terus belajar, berpikir kritis, dan berkolaborasi dengan orang lain dapat mempengaruhi perubahan dalam sistem tersebut. Kepemimpinan strategis bukan hanya tentang mengatasi tantangan yang ada, tetapi juga tentang memimpin perubahan menuju sistem yang lebih baik, yang pada gilirannya akan memfasilitasi pencapaian potensi terbaik dari setiap individu.
Dengan pemahaman ini, saya merasa lebih siap untuk terus berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif, baik dalam lingkungan kerja maupun masyarakat, dengan berpikir sistem dan terus mengasah keterampilan kepemimpinan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H