Di tempat kerja saya, misalnya, saya mulai berusaha melihat lebih dalam ke dalam struktur dan kultur organisasi yang ada. Dengan berpikir kritis dan mengidentifikasi pola yang ada dalam sistem, saya mulai mengusulkan perubahan-perubahan kecil yang bisa berdampak besar dalam jangka panjang. Saya belajar bahwa meski perubahan besar seringkali terasa sulit dan memakan waktu, langkah-langkah kecil yang konsisten bisa membuka jalan menuju perubahan yang lebih besar.
Pentingnya Kolaborasi dalam Mengubah Sistem
Namun, perubahan sistem tidak bisa dilakukan seorang diri. Melalui pengalaman dalam mata kuliah ini, saya semakin memahami bahwa kolaborasi dan komunikasi yang efektif adalah kunci untuk membawa perubahan dalam sebuah sistem. Dalam diskusi kelompok, saya belajar bahwa membangun konsensus dan mendengarkan perspektif yang beragam adalah bagian dari proses perubahan itu sendiri.
Menghadapi sistem yang buruk bukanlah tugas individu. Dibutuhkan kerjasama antar individu yang memiliki visi yang sama dan tekad untuk memperbaiki sistem. Melalui kolaborasi ini, kita bisa saling mendukung dan menemukan solusi yang inovatif untuk mengatasi kendala yang ada dalam sistem.
Berpikir Sistem untuk Mengubah Sistem
Dalam menghadapi tantangan sistem yang buruk, saya mulai menerapkan pendekatan berpikir sistem. Melalui systems thinking, kita bisa lebih memahami hubungan antara berbagai elemen dalam suatu sistem dan bagaimana perubahan kecil pada satu elemen bisa mempengaruhi keseluruhan sistem. Pendekatan ini membantu saya melihat masalah secara lebih holistik dan membuat keputusan yang lebih tepat untuk merancang solusi yang lebih efektif.
Sebagai contoh, di UNAIDS Indonesia, dalam merancang program HIV berbasis bukti, saya mulai memanfaatkan prinsip systems thinking untuk melihat bagaimana berbagai komponen seperti kebijakan, layanan kesehatan, dan pemberdayaan komunitas saling terkait. Dengan pendekatan ini, saya bisa menciptakan program yang tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga pada perubahan sistem yang mendukung keberhasilan jangka panjang.
Melalui semua pengalaman ini, saya semakin menyadari bahwa perubahan besar dalam sistem memerlukan waktu dan usaha yang berkelanjutan. Kepemimpinan strategis tidak hanya soal mengubah individu, tetapi juga tentang mengubah sistem yang ada untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan individu dan organisasi. Saya percaya bahwa meskipun kita menghadapi sistem yang buruk, kita tetap bisa memengaruhi dan membawa perubahan dengan pendekatan yang tepat.
Pada akhirnya, perjalanan kepemimpinan saya mengajarkan bahwa meski sistem yang buruk bisa mengalahkan individu yang baik, individu yang terus belajar, berpikir kritis, dan berkolaborasi dengan orang lain dapat mempengaruhi perubahan dalam sistem tersebut. Kepemimpinan strategis bukan hanya tentang mengatasi tantangan yang ada, tetapi juga tentang memimpin perubahan menuju sistem yang lebih baik, yang pada gilirannya akan memfasilitasi pencapaian potensi terbaik dari setiap individu.
Dengan pemahaman ini, saya merasa lebih siap untuk terus berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif, baik dalam lingkungan kerja maupun masyarakat, dengan berpikir sistem dan terus mengasah keterampilan kepemimpinan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H