Mahasiswa KKN Mandiri dari rumah (MIT DR XII) kelompok 41 menggelar acara Ngaji Bareng Virtual dengan tema "Merawat Tradisi dan Dakwah Walisongo di Masa Pandemi", Selasa(03/08)
Pada kesempatan kali, Ngaji Bareng disiarkan melalui zoom oleh kelompok 41 KKN MIT DR XII, acara tersebut dilaksanakan pada pukul 15.30 WIB.
"Tujuan ngaji bareng online ini sebagai media untuk kita dalam melestarikan budaya dan tradisi walisongo agar tidak memudar apalagi menghilang, terlebih lagi dimasa pandemi seperti sekarang ini", jelas Riq'an Sauqi, salah satu peserta KKN Kelompok 41.Â
Ngaji bareng yang bertemakan Merawat Tradisi dan Dakwah Walisongo di Masa Pandemi mendapat respon positif baik dari anggota kelompok KKN 41 dan juga partisipan dari berbagai kalangan masyarakat yang ikut dalam zoom meeting sore itu.
Dr. H. Ahmad Tajuddin Arafat menjelaskan tentang teori islam yang berkembang di Nusantara. Datangnya Islam di Indonesia sendiri melalui banyak proses, dan salah satunya adalah penyebaran dari Walisongo. Sebenarnya Islamisasi sudah ada sejak abad ke 7, dan Walisongo datang ke Indonesia pada tahun ke 700 M. Beliau juga menjelaskan bahwa penyebaran Islam di Indonesia sudah ada sebelum datangnya Walisongo.
"Sebenarnya sebelum datangnya Walisongo tokoh-tokoh penyebar Islam di Indonesia itu sudah ada, seperti contoh Syekh Datuk Kahfi, Syekh Maulana Akbar, Syekh Jumadi Qubro dan Syekh Quro. Yaa mereka menyebarkan Islam sebelum Walisongo", terangnya.
"Islam datang tanpa syarat, mereka yang ingin memeluk Islam hanya perlu melafalkan dua kalimat syahadat, dan Islam juga tidak mengenal kasta seperti agama-agama sebelumnya, di dalam Islam semuanya setara, Islam agama yang sederhana namun kompleks", tambahnya.
Kesuksesan Walisongo dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa salah satunya karena pola Islamisasinya yang bisa masuk dan beradaptasi dengan tradisi dan kebudayaan  masyarakat Jawa pada masa itu, kemudian menggunakan bahasa yang kontekstual.
Dr. H. Ahmad Tajuddin mengatakan orang Jawa punya definisi sendiri tentang wabah seperti sekarang. Mengenai wabah sekarang ini, sebenarnya lebih banyak di presentasikan menggunakan bahasa medis.
Lalu Dr. H. Ahmad Tajuddin juga menjelaskan mengenai tradisi Walisongo harus tetap dilestarikan walaupun kondisinya masih dalam masa pandemi seperti sekarang ini.
"Seperti tahlilan, sholat di masjid dengan berjamaah, dzikir berjamaah slametan, dan lain sebagainya juga harus terus tetap di lestarikan. Namun, mengingat masih dalam kondisi pandemi seperti ini cara kita melestarikannya agak sedikit berbeda, yang biasanya kita melakukannya berjamaah di masjid, sekarang kita tetap lakukan tetapi dirumah masing-masing", jelasnya.
Dalam kegiatan Ngaji Bareng online yang digelar kurang lebih 1 setengah jam ini, antusiasme partisipan sangat baik terutama kaum muda dan mahasiswa, terlihat dari banyaknya audiens yang bertanya ketika dibuka sesi tanya jawab.
(Timred, anggota kelompok 41 KKN MIT DR UIN Walisongo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H