Anggi merasa bahagia melihat sahabatnya ikut bahagia. Tapi sebuah tanya terlontar, Â "Anggi, apa sesulit itu untuk melupakan?" Sita menatap Anggi dalam gundah sepulangnya dari GOR. Pertandingan basket telah usai, tapi masih ada yang sedih ternyata.
"Tadi pagi saat aku menyirami bunga seruni, ada kupu-kupu indah yang hinggap. Warnanya cantik. Aku diamkan. Aku berhenti menyiram dan membiarkan kupu-kupu itu terbang melewatiku. Cantik. Pikirku. Aku belum pernah melihat kupu-kupu seindah itu.
Kamu tahu Anggi, waktu aku berhenti memikirkan bunga seruniku yang kau tahu sendiri sedang indah-indahnya bermekaran, aku dapat menikmati keindahan kupu-kupu itu.
Apakah aku sengaja lupa atau melupakan bunga seruni itu? Sama sekali tidak. Mana bisa aku lupa pada keindahan lainnya. Namun saat aku sejenak memutuskan tidak mengingat-ingat bunga seruni dan fokus pada kupu-kupu itu, aku seolah lupa ya sama bunga-bunga seruni, padahal tidak.
Aku rasa mirip begitu dengan memori tentang rindu. Jangan berusaha dengan sengaja melupakan orang yang membuat kita rindu tapi putuskanlah dan lakukan sekarang dengan tidak mengingat-ingat lagi memori indah itu.
Bagaimana menurutmu? Bukan melupakan tapi tidak mengingat-ingat dengan sengaja. Pada masanya nanti semua memori itu akan, mungkin makin mengecil dan bahkan menghilang dengan sendirinya saat kita tak mengingat lagi."
Anggi menjawab Sita dengan sebuah cerita yang menggambarkan cara mengatasi rindu. Ah Sita, andai kau tahu, aku juga rindu sama pemain basket tadi. Hehe. Batin Anggi lagi. Tapi aku memilih tidak mau mengingat-ingat dia lagi. Melupakan itu hal yang sangat mustahil saat ini buat Sita.
"Kamu ingin melupakan seseorang, Sita?" tanya Anggi lagi.
Sita menatap temannya lalu mengangguk, mengiyakan. Sita tak berniat menceritakannya pada Anggi saat ini. Sita hanya ingjn berusaha melakukan nasihat Anggi, tidak mengingat-ingat lagi. Sebuah keputusan yang tak mudah tapi bisa dilakuman meski mungkin agak lama.
....
Bersambung lagi
...
Written by Ari Budiyanti
#CerpenAri
31 Mei 2024
46-2.833