Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Diary

Labeling Itu Menyakitkan (Tentang Hati yang Menilai Perbuatannya)

23 Maret 2023   12:50 Diperbarui: 23 Maret 2023   21:33 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Shutterstock via Kompas.com

Hari ini saya merasa sangat tidak nyaman ketika mendengar "labeling" dari orang lain pada saya. Anda semua pasti tahu apa itu labeling bukan?

Iya pemberian label pada suatu sikap kita. Saya yakin tidak ada orang yang merasa nyaman jika mendapat label buruk dari orang lain. Saya diam mendengarnya.

Saya berusaha mengemukakan alasan-alasan saya berbuat hal demikian. Namun teman saya tidak mau dengar dan kukuh atas pemberian label pada saya. Saya hanya ingin menjaga relasi pertemanan kami. Tak ingin bertengkar dengannya.

Saya pun minta maaf kalau tindakan saya membuat dia merasa tidak nyaman selama ini. Seusai itu saya pun merenungkannya. Setiap orang berhak menilai kita sesuai pendapatnya dan kita tak bisa mencegahnya.

Demikian halnya dengan saya. Ada banyak hal terjadi dan membentuk kehidupan saya. Jika saya termasuk dalam kategori orang yang care/peduli dan memperhatikan sesama, buat saya itu suatu nilai tambah.

Namun saya menyadari bawa tidak semua orang suka dengan perhatian yang saya berikan. Baiklah. Saya pun belajar menghargainya. Mungkin dalam pikiran orang lain tanda kebaikan hati kita dianggap sebagai gangguan karena tidak sesuai dengan kepribadian mereka.

Saya belajar lagi tentang karakter orang lain yang berbeda dengan saya. Apakah saya akan merubah sikap perhatian saya. Iya padanya. Saya tidak akan menunjukkan perhatian yang sama pada orang yang telah menolak perhatian tersebut.

Memberikan perhatian pada orang lain apakah lalu saya hentikan sama sekali? Tentu tidak. Apalagi profesi saya sebagai guru seringkali membuat saya otomatis memperhatikan anak didik di kelas saya.

Saya berusaha tidak pernah memberi label pada orang lain apalagi murid-murid saya. Sekesal apapun saya, akan menahannya lebih dulu dalam hati dan berdoa. Mengajak bicara baik-baik agar ada perubahan sikap. Itu usaha saya.

Namun jika ternyata tidak membuahkan hasil, saya sudah berusaha dan terus mendoakannya. Tidak mudah mengubah karakter orang lain. Lebih mudah mengubah sikap diri sendiri dan karakter pribadi.

Ini memang bawaan sejak lahir menjadi suatu kecenderungan. Namun jika kita mau menjadi lebih baik, tentu saja kita mau berubah. Saya yakin setiap kita yang berpikir jernih mampu memikirkan hal tersebut dengan tenang.

Sejak kemaren malam saya belajar, lebih tepatnya dalam beberapa hari terakhir ini saya belajar. Betapa baik apapun kita jika orang yang menerima kebaikan kita itu ternyata tidak mau atau menolak maka seolah tak ada guna kebaikan itu.

Alihkan saja pada yang lainnya. Bukankah masih banyak orang lain yang juga membutuhkan kebaikan dan kepedulian dari kita?

Menjadi sakit hati karena "labeling" yang diberikan orang lain pada kita adaah hal yang wajar. Namun harus segera disikapi demgan baik. Jangan dibiarkan karena dapat menimbulkan luka mendalam di hati.

Jujur saya sempat menjadi kurang semangat melakukan aneka tugas lainnya hanya karena teringat "labeling" yang diberikan orang lain pada saya. Namun saya sadar bahwa segala sesatu terjadi dengan suatu maksud baik pada akhirnya.

Ada pelajaran berharga yang saya ambil. Ada kebaikan dari peristiwa tidak baik yang saya rasakan. Begitulah. Kehidupan terus berlanjut. Menuliskannya menjadi salah satu cara healing/penyembuhan saya dari rasa tersakiti akibat "labeling".

Setidaknya saya juga mau berusaha untuk tidak pernah memberikan label pada siapapun murid saya atau sesama saya karena rasnaya sangat tidak enak. Jika kita merasa ini sangat tidak enak atau tidak nyaman, jangan lakukan hal yang sama pada mereka di sekelilingmu.

Salam inspiratif
..

Written by Ari Budiyanti
23 Maret 2023

24-2.508

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun