Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keluarga Penuh Cinta

15 Mei 2022   09:15 Diperbarui: 15 Mei 2022   09:21 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sa, kamu ga mudik lebaran? Kan libur lumayan lama, " tanya Maria

"Nggak Mar. Mudik juga ga ada yang kangen sama aku. Paling yang dikangenin duitku aja."

Duit lagi, duit lagi. Itu yang ada di kepala Sasa. Rasanya yang dikerjakan sepanjang hidup hanya mencari uang (duit) dan tak ada waktu untuk menikmati kehidupan dengan cara lain. Iya cara-cara yang membahagiakan.

"Kalau begitu, ikut ke rumahku aja. Mau? " ajak Maria hangat pada sahabatnya, Sasa.

Sasa sempat berpikir sejenak. "Tapi Mar, kan itu liburan, kamu pasti ada acara keluarga, nanti malah aku merepotkanmu."

Maria tertawa. "Kamu kan juga udah kayak keluarga buat aku. Lumayan 1 minggu dari pada tinggal di tempat kos saja. Sendirian. Teman-temanmu mudik semua kan?"

"Iya. Baiklah. Kapan berangkat?" Sasa akhirnya memutuskan ikut Maria mudik ke rumah sahabat karibnya.

"Nanti malam. Aku jemput ya. Kita mudik naik mobilku aja. Eh tapi kalau aku capek nyetir, gantian ya, " terdengar tawa renyah sahabatnya di ujung panggilan.

"Beres,"  kata Sasa dengan gembira dan semangat. Akhirnya liburannya tidak sepi.

Perjalanan mudik hingga tiba di rumah Maria.

Maria tidak merayakan Idul Fitri karena keluarga Kristiani. Sementara Sasa merayakan Idul Fitri. Maria mengantar Sasa pergi ke masjid terdekat naik mobil. Sasa menjalankan ibadah dengan khidmat, Maria menunggu di mobil.

Meski berbeda keyakinan namun persahabatan mereka sangat dekat. Mereka juga saling menghargai dan bertoleransi. Kadang saling mengingatkan mengenai menjalankan ibadah sesuai keyakinan.

Siang harinya Maria menawarkan untuk jalan-jalan ke tempat wisata tak jauh dari rumahnya. Namun Sasa menolak. Menurutnya, tempat wisata akan penuh kala liburan.

Akhirnya Sasa dan Maria hanya tinggal di rumah. Orang tua Maria menyambut Sasa dengan baik di rumah mereka. Kakak Maria tidak bisa pulang karena tinggal di luar pulau. Biasanya keluarga ini berkumpul kala Natal di bulan Desember.

Maria mengisi liburan dengan memasak di rumah bersama mamanya. Hari ini pun aneka hidangan hari raya dibuat spesial untuk Sasa. Sore harinya Maria akan berkebun dengan ayahnya. Sasa ikut saja apa yang menjadi aktivitas Maria.

"Sa, kamu udah telpon keluargamu? Silaturahmi begitu di hari Idul Fitri,"  tanya Maria tulus mengingatkan.

Sasa mengambil ponselnya, seharusnya ini hari bahagia berkumpul dengan keluarganya di rumah. Tapi sayang, keluarganya tidak pernah menyambut kehadirannya setiap kali dia menyempatkan pulang. Bahkan kalimat penolakan yang diterima.

Setahun lalu, melintas sebuah ingatan.
"Ngapain pulang, habisin biaya saja. Telpon kan bisa. Uang buat pulang mending dikirim buat adikmu yang masih membutuhkan biaya kuliah dan untuk Ibumu berobat," kata ayah Sasa pada suatu kesempatan kepulangannya karena libur beberapa hari.

Sasa termenung menatap ponselnya. Melamun. Hingga dia dikejutkan suara Maria. "Sudah?"

"Eh iya ini baru mau telpon" kata Sasa buru-buru menelpon ibunya. Hanya sebentar. Setelah telpon silaturahmi menjelang selesai, Sasa bertanya lirih pada ibunya, "Apakah Ibu merindukanku?"

Terdengar suara di sebelah sana yang membuat hati Sasa sedih. "Iya, sudah tidak perlu bahas rindu. Kamu sudah besar. Mandiri saja. Itu sudah sangat membantu. Uangmu sudah Ibu terima kemaren. Oya kalau bisa bulan depan kiriman yang dibanyakin ya Sa."

Setelah itu Ibu menutup telponnya sepihak.

Maria menatap sahabatnya yang menitikan air mata. Sasa memeluk Maria. "Keluargamu penuh cinta Mar, bersyukurlah dan berbahagialah."

Maria membalas pelukan sahabatnya. Apa idenya tadi salah, itu air mata apa? Batin Maria sambil menatap sahabatnya. Namun dia tak berani bertanya. Sahabatnya masih terlihat sangat sedih.

Iya keluarga Maria dan Sasa memang memiliki relasi yang sangat berbeda. Maria berdoa dalam hatinya. Semoga ada perubahan dan kehangatan di keluarga Sasa. Setidaknya Maria ingin Sasa menikmati cinta dalam keluarganya. Semoga ya Sa

...


Cerpen ini ditulis dalam rangka memperingati Hari keluarga internasional. Cintai keluarga Anda. Karena ada keluarga yang tidak dipenuhi cinta.
..

Written by Ari Budiyanti
#CerpenAri
15 Mei 2022

Hanya kisah fiksi semata

13-2.161

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun