Aku sedang malas berdebat. Pesan Sita hanya kubalas satu kata, "Nitez".
Maksudku mengakhiri perbincangan malam melalui pesan di HP kami.
.....
Akhirnya kuikuti juga lomba menulis itu. Hanya kirim 1 tulisan saja kisah bahagia persahabatanku dengan Sita. Pastinya pakai nama samaran dong. Aku ga mau Sita kege-eran masuk dalam tulisanku hehe.
Waktu berlalu dan tiba saatnya pengumuman lomba tapi aku tidak seberapa peduli. Aku ikut juga sekedar memenuhi permintaan sohibku, Sita. Bahkan aku tak seberapa ingat kapan pengumuman lomba tepatnya akan diberikan.
Tok tok tok, kubuka pintu kamar kosku dan, ....
"Anggi.. selamat, kamu menang lomba menulis. Karyamu masuk yang terpilih akan dibukukan dengan karya lain. Koq ga bilang sih kalau ikutan lomba menulis yang kusarankan?" seru Anggi yang tiba-tiba muncul di depan kamar kosku.
"Oh ya, menang? Wah selamat untuk diriku dan dirimu ya," jawabku tak seberapa antusias.
"Nggi, menang koq gitu ekspresinya. Yang happy dong. Traktir aku ya. Makan bakso di kedai depan kos itu loh yang terkenal. Ya?"
Sita begitu semangat mengunjungiku untuk memberi ucapan selamat plus minta traktir semangkok bakso. Aku hanya tersenyum.
Kami berdua merayakan kebahagiaan menang lomba menulis dengan makan bakso bersama, hingga hadir sebuah tanya,
"Anggi, kenapa kamu ikut lomba menulis?"
Pelan sekali Sita bertanya, ada senang namun juga heran. Berarti, apakah ini pertanda Anggi akan terus menulis ya? batin Sita.