Sebuah pesan masuk dari Sita membuyarkan lamunannya. "Nggi, ikutan ini gih. Ada lomba menulis karya fiksi dan non fiksi. Baca deh info lengkapnya di link yang kukirim."
Begitu pesan Sita disertai sebuah tautan info lomba. Dengan malas akupun membaca link tersebut. Tulis 50 karya fiksi dan non fiksi bertema kebahagiaan selama 1 minggu. Maksudnya apa diminta menulis selama 7 hari sebanyak 50 karya begitu? Mana bisa. Susah amat lombanya.
Pemenangnya akan mendapat sertifikat keikutsertaan dalam lomba dan tulisan yang terpilih diikutkan dalam buku bersama berjudul: Kumpulan Kisah Kebahagiaan. Tidak ada kewajiban membeli buku hasil kerya bersama. Tidak dipungut biaya pendaftaran.
"Susah lombanya Sita. Masak 7 hari menulis 50 karya sih. Berat!", jawabku lewat pesan teks. Dalam hati, aku berterima kasih pada Sita atas usahanya tetap memotivasiku menulis meski perih sedang melanda hati.
"Bukan Nggi, maksudnya masa lomba hanya 7 hari dan akan dipilih 50 karya terbaik. Karya pemenang atau terpilih akan diterbitkan bersama dalam sebuah buku K3 itu. Kumpulan Kisah Kebahagaiaan. Coba baca dengan teliti. Ikut ya?"
Anggi cepat sekali membalas pesanku tadi. Aku diam saja. Masih berpikir. Aku memang sempat ingin berhenti menulis tapi perenunganku di taman bunga Minggu pagi tadi membuatku berpikir ulang.
"Iya, nanti aku coba. Kamu ikut juga ya?" aku membalas pesan Anggi dengan malas dan asal saja.
"What?!!!"
Begitu saja balasan berikutnya dari Sita. Aku tersenyum geli membacanya. Sita memang paling malas kalau kuajak mencoba menuangkan idenya dalam tulisan. Dia selalu saja memberikan alasan yang masuk akal dan berakhir dengan debat seru ala kami.
Aku sedang malas berdebat. Pesan Sita hanya kubalas satu kata, "Nitez".
Maksudku mengakhiri perbincangan malam melalui pesan di HP kami.
.....
Akhirnya kuikuti juga lomba menulis itu. Hanya kirim 1 tulisan saja kisah bahagia persahabatanku dengan Sita. Pastinya pakai nama samaran dong. Aku ga mau Sita kege-eran masuk dalam tulisanku hehe.
Waktu berlalu dan tiba saatnya pengumuman lomba tapi aku tidak seberapa peduli. Aku ikut juga sekedar memenuhi permintaan sohibku, Sita. Bahkan aku tak seberapa ingat kapan pengumuman lomba tepatnya akan diberikan.
Tok tok tok, kubuka pintu kamar kosku dan, ....
"Anggi.. selamat, kamu menang lomba menulis. Karyamu masuk yang terpilih akan dibukukan dengan karya lain. Koq ga bilang sih kalau ikutan lomba menulis yang kusarankan?" seru Anggi yang tiba-tiba muncul di depan kamar kosku.
"Oh ya, menang? Wah selamat untuk diriku dan dirimu ya," jawabku tak seberapa antusias.
"Nggi, menang koq gitu ekspresinya. Yang happy dong. Traktir aku ya. Makan bakso di kedai depan kos itu loh yang terkenal. Ya?"
Sita begitu semangat mengunjungiku untuk memberi ucapan selamat plus minta traktir semangkok bakso. Aku hanya tersenyum.
Kami berdua merayakan kebahagiaan menang lomba menulis dengan makan bakso bersama, hingga hadir sebuah tanya,
"Anggi, kenapa kamu ikut lomba menulis?"
Pelan sekali Sita bertanya, ada senang namun juga heran. Berarti, apakah ini pertanda Anggi akan terus menulis ya? batin Sita.
Jawaban singkatku membuat Sita terkejut. Mau bertanya lebih lanjut tapi ....
...
Bersambung
...
Written by Ari Budiyanti
20 Maret 2022
#CerbungaRi
#CerpenAri
42-2.094
Song for youÂ
Lagu Rahasia Cintaku by Kahitna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H