Sita tersenyum namun memilih menahan kata-kata yang ingin diucapkan untuk menggoda Anggi, sahabatnya sejak kecil itu. Untung hari Minggu pagi ini cerah sehingga kedua sahabat ini bisa menikmati taman bunga.
"Ta, mengapa rasanya masih sakit ya di dalam sini. Kadang aku menangis sendiri kalau ingat. Aku benar-benar ingin berhenti merasakannya. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya."
Sita menatap sahabatnya dengan rasa prihatin. Memang tidak mudah berada dalam posisi Anggi sekarang. Namun Sita percaya Anggi akan bisa melewatinya.
Rindu terlarang pada seseorang yang tak seharusnya mendapatkan segenap rasa dari sahabatnya ini. "Semoga kau menemukan cara untuk melupakannya ya Anggi," batin Sita.
"Nggi, di sebelah sana ada bunga krisan putih cantik kesukaanmu. Kemaren aku tak sengaja melihatnya. Bagus sedang mekar. Yang pink kayaknya juga ada. Yuk ke sana." Sita menarik tangan sohibnya itu. Mencoba mengalihkan perhatian Anggi dari perasaan hatinya yang sedih itu.
Anggi mengikuti Sita menuju tanaman bunga krisan putih dan pink yang dimaksud. Benar juga bunga-bunga itu bermekaran penuh dan menjadi pusat perhatian kupu-kupu yang beterbangan bahagia.
Anggi dan Sita hanya duduk diam tanpa suara dan mengamati keceriaan suasana di antara bunga krisan dan kupu-kupu.
Anggi merenung. Bunga-bunga krisan yang cantik. Terus menunjukkan keindahannya dan bersahabat baik dengan kupu-kupu. Nampak harmoni yang indah di antara relasi keduanya. Nantinya, bunga krisan akan mengering dan layu. Kupu-kupu tak akan datang lagi. Ya, pada saatnya.
Kupu-kupu akan beterbangan mencari bunga-bunga cantik lainnya yang bermekaran segar.
Bunga krisan tadi telah dilupakan, mungkin. Namun kebaikan yang diberikan pada lingkungan sekitar tak pernah tergantikan. Kupu-kupu yang bahagia saat dia mekar mendapat manfaat dari keindahannya.
Bunga krisan itu telah berbakti pada Penciptanya dengan tetap tumbuh indah hingga masanya tiba.