Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taman Bunga (Bagian 2: Cerbung Rindu Terlarang)

20 Maret 2022   05:45 Diperbarui: 20 Maret 2022   06:13 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay.com

*Sebelumnya*

Sita masih berpikir keras untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Apa kata dunia kalau Anggi berhenti menulis. Sudah banyak pembaca setia karya-karyanya. Itu menurut pengamatan Sita.

"Nggi, jangan ambil keputusan kalau masih emosi. Ambil waktu jeda saja. Siapa tahu akan ada inspirasi untuk menulis lagi. Eh.. "
Sita berusaha mencairkan suasana yang sedang beku di hati sahabatnya itu.

"Bagaimana kalau besok kutemani jalan-jalan di taman bunga, dekat komplek perumahanku. Kalau ga hujan ya. Kayaknya ini masa-masa bunga bermekaran. Kamu pasti suka."

Sita mencoba membujuk Anggi agar memikirkan ulang keputusannya.

"Makasih Ta. Semoga besok tidak hujan ya. Aku juga ingin menyegarkan isi kepalaku yang ruwet ini."
Anggi menimpali dengan sedikit malas. Meski hari sudah semakin larut namun rasa kantuknya tak jua datang. Hatinya terlanjur perih karena rindu yang tak jua bertemu, seseorang yang tak seharusnya.

Move on. Apa benar yang dikatakan Sita. Sebaiknya dia belajar untuk pelan-pelan mengalihkan rasa yang disimpannya sendiri. Tapi bagaimana caranya?

Semoga besok kutemukan jawabannya di taman bunga. Batin Anggi sebelum akhirnya tertidur juga karena lelah yang melanda hatinya. Air mata pun sudah berhenti mengalir. Tidak sama seperti sore tadi saat pertama dia mengunjungi rumah sahabatnya.

Keesokan harinya taman bunga.

"Bawa apa itu Nggi?" Sita ingin tahu apa yang dimasukan ke dalam saku baju Anggi meski dia sebenarnya bisa menebaknya.

"Notes kecil. Siapa tahu ada ide tulisan muncul," jawab Anggi enggan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun