Pengalaman menarik untuk saya bisa mengunjungi Pulau Pari, salah satu bagian dari kepulauan seribu. Sudah lama sekali berlalu. Kisah ini terus saja memberi bahagia di hati.Â
Jauh sebelum pandemi karena covid-19 melanda negeri tercinta. Ada kenangan manis dan indah pernah tercipta bersama rekan-rekan sekerja. Sebuah perjalanan wisata ke Pulau Seribu. Kenangan di sekitar tahun 2017.Â
Kami bersama-sama menuju pelabuhan untuk menyeberang dari Jakarta menuju ke pulau Pari. Perjalanan pertama menggunakan mobil yang disewa untuk pergi ke pelabuhan. Setelah itu kami naik kapal laut menuju pulau yang kami tuju.
Selama di tengah lautan, saya menikmati perjalanan dengan mengabadikan berbagai hal yang saya jumpai dari dalam kapal yang kami gunakan. Saya merenungkan kehidupan para nelayan yang berjuang di lautan lepas. Juga orang-orang di dalam kapal yang ingin berwisata.
 Betapa berbeda tujuan kami meski sama-sama berada di tengah lautan luas. Betapa mengagumkannya karya Sang Pencipta. Saya sendiri merasa sebagai ciptaan yang sangat kecil berada di lautan luas karya Sang Pemilik dunia.Â
Perjalanan kami akhirnya selesai dan tiba di pulau Pari. Saya dan teman-teman turun dari kapal. Kami dijemput oleh penduduk lokal yang menyewakan rumahnya, satu rumah untuk turis domestik atau pendatang musiman seperti kami.
Tempat yang sangat indah dan membuat saya langsung kerasan.
Kami berisitirahat dengan menempati rumah yang sudah disewa jauh-jauh hari. Penduduk setempat juga memberitahukan tentang The Virgin Beach. Lokasi ini menjadi area kami menikmati alam dan air laut. Sungguh sangat menyenangkan berada di tengah-tengah air laut yang tenang.Â
Kami juga menyewa beberapa sepeda untuk mengelilingi pulau Pari ini. Setifaknya dengan jangkauan sepeda terasa lebih cepat dan mudah.Â
Sebagai wisatawan domestik, saya pun berkeliling di sekitar The Virgin Beach ini. Pantainya bertebaran pasir putih. Sungguh indah. Sesekali dalam perjalananan menyusuri pantai, saya menemukan beberapa pecahan coral/batu karang. Menarik sekali untuk diabadikan.Â
Tanaman yang khas tumbuh di tepi pantai adalah pandan laut. Tanaman ini tinggi dan sesuai dengan iklim pantai yang cukup panas terik di siang hari. Bentuk daunnya yang memanjang dan rimbun cukup menyenangkan untuk berteduh sejenak di pantai yang panas.
Lihatlah ke atas. Hati-hati. Jangan sampai ada buah pandan laut matang yang jatuh mengenai Anda saat berteduh. Buah ini berukuran besar, hampir seukuran buah nanas.
Tanaman pandan laut ini buahnya mirip nanas, mempunyai banyak cabang yang cukup kokoh. Buah pandan laut pun berkembang hingga matang. Buah yang masih mentah berwarna hijau.Â
Buah yang sudah matang berwarna kuning keemasan, iya cenderung oranye. Apakah Anda pernah melihat tanaman ini di pantai?
Kami tak hanya menikmati pemandangan tepi pantai dengan tanaman pandan laut ini. Namun juga berkeliling menuju laut. Bercengkrama dengan airnya yang dingin pun tenang. Namun jika siang, air lautnya ikut terasa lebih hangat.
Di bagian tengah pantai, bila air laut sedang surut ada rumah-rumahan kecil dan ayunan yang menarik untuk bermain. Sayanganya saya tidak cukup berani menuju ke sana. Karena saya tidak bisa berenang jika tetiba air laut pasang. Bahaya, hehe. Maklum, saya bukan anak pantai.Â
Di tepian pantai juga ada banyak perhau nelayan yang ternyata disewakan untuk perjalananan menyusuri hutan bakau yang tak jauh dari The Virgin Beach.Â
Untuk kenang-kenangan, kami pun memutuskan menyewa dua perahu dan berkeliling hutan bakau. Sungguh pengalaman menarik berwisata ke hutan bakau bersama teman.
Lihat foto saya di atas. Ada pemandangan cantik deretan tanaman berwarna hijau, itu kawasan hutan bakau yang akan kami tuju. Lalu di sebelah kiri ada rumah-rumahan dan ayunan sederhana yang saya sebutkan sebelumnya.Â
Perjalanan ke hutan bakau sungguh menyenangkan. Hutan bakau di tepian pantai menambahkan kesejukan.Â
Dalam setiap perahu, ada satu nelayan yang mendayung sambil berdiri menggunakan galah yang panjang. Saya sempat mengabadikan satu foto saat naik perahu bersama Pak Nelayan yang menjalankan perahu kami.Â
Di foto ini nampak dayung atau galah yang panjang untuk mendayung dan mengendalikan perahu.
Pengalaman yang seru. Saya bisa mengamati tanaman bakau lebih dekat. Melihat setiap biji tananam yang siap menjadi tanaman baru jika jatuh ke laut.Â
Akar tanaman bakau saling menjalin dan membuat ikan-ikan nyaman tinggal di bawahnya. Saya melihat beberapa ikan kecil berenang di bagian bawah hutan bakau ini.Â
Kami bercerita banyak hal dan bertanya tentang kehidupan para nelayan berkaitan hutan bakau di tepi pantai sebagai tempat wisata dan ekosistem ikan kecil. Kami berterima kasih sudah diantar berkeliling hutan bakau naik perahu oleh salah satu nelayan.Â
Kami pun akhirnya keluar dari hutan bakau tersebut dan kembali berpetualang di tepian pantai. Hingga senja tiba dan kami menikmati bakar-bakar ikan, cumi, udang dan beberapa makanan lainnya.Â
Sungguh kebersamaan indah yang tak terlupakan.Â
Cerita terakhir yang ingin saya bagikan adalah tentang petualangan menyelam dan berenang di lautan sekitar Pulau Pari.Â
Saya sempat mencoba ikut masuk ke air laut lepas tapi hanya sebentar. Saya takut tenggelam karena tidak cukup bisa berenang. Meskipun sudah mengenakan baju dengan pelampung, saya masih tetap takut.Â
Akhirnya saya memutuskan hanya menikmati pemandangan dari atas kapal kecil yang kami gunakan bersama. Teman-teman berenang dan menyelam di laut yang ada pemandangan terumbu karang. Pemandu wisata kami menunjukkan tempatnya.Â
Teman-teman terlihat sangat bahagia. Saya pun ikut bahagia bersama mereka.
Saya hanya cukup menikmati pemandangan laut dan ambil foto-foto sepuasnya di tepi pantai. Kenangan indah di Pulau Pari sungguh tak terlupakan. Entah kapan saya dan teman-teman bisa berwisata bersama kembali.Â
Pandemi sungguh menghentikan kegiatan wisata tahunan kami ini. Lebih dari 2 tahun, kami sudah tidak berwisata bersama lagi.Â
Kami tak bisa tinggal lebih lama di pulau Pari. Kami harus pulang. Liburan telah usai. Kebersamaan tetap berlanjut di tempat kerja.Â
Ada hal menarik yang tak terlupakan. Bersama teman-teman, kami sempat bermain balap sepeda untuk seru-seruan saja ketika terakhir sebelum meninggalkan The Virgin Beach atau Pantai Pasir Perawan.
Saya sempat mengunjungi satu toko kecil yang berjualan aneka aksesoris, baju, dan kain pantai bercorak dan ada tulisan. Saya membeli 3 kain pantai untuk kenang-kenangan.Â
Teman saya membeli makanan khas Pulau Pari pada seorang ibu di dekat rumah kami menginap. Kami menikmati makanan tersebut bersama-sama di atas kapal dalam perjalanan pulang.Â
Selamat tinggal pulau Pari, selamat jalan pulau seribu. Semoga suatu saat nanti kami bersama kembali ke pantaimu dan menikmati keindahannya bersama orang-orang yang kami cintai.
Salam wisata
...
Ditulis oleh Ari Budiyanti
29 Januari 2022
Untuk mengikuti event yang diadakan Koteka di Kompasiana
#WonderfulIndonesia #PulauPari #KepulauanSeribu #10DestinasiWisataPrioritasIndonesia #bukuKoteka #komunitastravelerkompasiana #koteka
54-2.000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H