Secangkir kopi kuseduh tuk temani hari
Walau kata orang tak mudah tuk lewati hari ini tanpamu disini
Tapi dengan secangkir kopi aku yakin bisa tetap berdiri disini kembali
Pagi ini aku enggan menyapamu
Wangi racikan kopimu membuat aku tersenyum
Gigilku terasa hangat
Ah, tapi mengapa kopi ini terasa pahit. Sepahit brotowali tua. Dulu tidak begitu. Â Waktu kau ada di sampingku. Menyeduhkan secangkir kopi tanpa gula untukku. Denganmu segalanya manis.
Manis yang pahit...
Ketika kenangan manis tentangmu hanya tinggal angan
Manis yang hampa...
Ketika kenangan manis tentangmu seolah tiada berarti apapun untukmu
Kopi manis yang kini hampa...
Hampa yang manis menuju ruang sepi
mendekati alam hening nan sunyi
tenang tenteram
Air berlarian
gemuruh riak-riak menumbuk batu-batu
dingin tidak dingin datang
Putih tidak putih membayang
hadir suci dari kepulan secangkir kopi hitam
Menemani perenungan tenteram
kepada sang sejati
Secangkir kopi ini mengingatkanku akan dirimu
Hadir menyalakan lilin membawa secangkir kopi dengan senyum menawarkan kehangatan
Aku larut dalam ruang yang kau sediakan dengan keanggunan dirimu
Namun kemudian dalam perjalanan kau melepas tanganku tanpa kau beri alasan
Aku bingung berada dipersimpangan ini
Aku kesulitan mengejar langkahmu
Langkah yang kau percepat hingga tangan ini terlepas dari genggamanmu
Hingga akhirnya kutersadar dari lamunan pada segala kenangan yang berhamburan di kepala
Saat secangkir kopi manis itu tetiba seolah berbisik lembut padaku
Aku menemanimu menghabiskan waktu
Tak perlu lagi merasa sendiri meski dia yang kau cinta tetiba pergi
..
Penulis: Ari, Pak Warkasa, Mbak Dinni, Pak Felix, Pak Budi, Mbak Dewi, dan Mbak Nita