Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lanjutkan Lingkaran Kebaikan Itu (Sebuah Kisah tentang Rendang)

22 Juli 2021   19:40 Diperbarui: 22 Juli 2021   21:00 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kita tahu bangun datar lingkaran. Bahkan sebelum menjejakan kaki di sekolah dasar sudah dipelajari. Mari kita perhatikan bangun datar berupa lingkaran. Tidak ada sudut lancip maupun sudut tumpul yang membatasi sisinya.

Berbeda dengan bangun datar lainnya. Segitiga, persegi panjang, trapesium, layang-layang, dan bangun datar lainnya. Lingkaran ini seperti tidak berujung pangkal. Sisinya melingkar tanpa ada jeda. Perhatikan foto piring kecil di atas. Anda bisa membayangkan tepian piring tak berujung pangkal.

Demikianlah jika ada frasa menarik dari judul ini. Lingkaran kebaikan. Kalau sudah berkata tentang lingkaran, berarti jangan terputus di tengah-tengah. Harus terus berlanjut.

Contoh sederhana, kalau sudah mendapat kebaikan, ya lanjutan pada sesama kita. Niscaya kebaikan-kebaikan lainnya akan kembali lagi pada kita melalui jalur yang tak selamanya sama.

Cerita singkat dari kampung halaman. Keluarga kami mendapat daging sapi dari peringatan Idul Adha di lingkungan sekitar. Bahkan daging korban tersebut sampai diantar ke rumah. Bukankah itu adalah satu kebaikan yang diterima keluarga kami?

Lalu adikpun tidak mendiamkan daging tersebut. Dia memasak daging sapi menjadi rendang yang empuk dan lezat. Rendang tersebut untuk dikonsumsi bersama Ibu dan juga keponakan yang datang berkunjung.

Adik saya sudah menyalurkan kebaikan tersebut. Bukan hanya itu, dia juga membungkus sebagian rendang dan diberikan pada keluarga kakak yang tinggal agak jauh dari rumah. Kebaikan dari rendang sapi itu berlanjut dinikmati keluarga kakak.

Jika memang bisa berbuat baik maka lakukanlah itu. Jangan menunda-nunda pun jangan menahan-nahan. Kita tidak pernah tahu apakah masih selalu ada kesempatan baru untuk berbuat baik.  

Ada banyak kisah yang saya dengarkan tentang orang-orang yang sangat ingin berbuat baik namun tak berdaya karena tidak ada kesempatan yang Tuhan berikan. Jangan sampai ini terjadi pada kita.

Peka melihat kesempatan berbuat baik yang Tuhan tunjukkan pada kita dan lakukanlah. Namun jangan memaksa orang untuk menerima kebaikan kita. 

Adik juga bercerita kalau ada juga yang menolak rendang yang telah dimasaknya susah payah. "Ya sudah," katanya pada saya. "Kalau tidak mau, ya tidak jadi kukasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun