Setiap kita tahu bangun datar lingkaran. Bahkan sebelum menjejakan kaki di sekolah dasar sudah dipelajari. Mari kita perhatikan bangun datar berupa lingkaran. Tidak ada sudut lancip maupun sudut tumpul yang membatasi sisinya.
Berbeda dengan bangun datar lainnya. Segitiga, persegi panjang, trapesium, layang-layang, dan bangun datar lainnya. Lingkaran ini seperti tidak berujung pangkal. Sisinya melingkar tanpa ada jeda. Perhatikan foto piring kecil di atas. Anda bisa membayangkan tepian piring tak berujung pangkal.
Demikianlah jika ada frasa menarik dari judul ini. Lingkaran kebaikan. Kalau sudah berkata tentang lingkaran, berarti jangan terputus di tengah-tengah. Harus terus berlanjut.
Contoh sederhana, kalau sudah mendapat kebaikan, ya lanjutan pada sesama kita. Niscaya kebaikan-kebaikan lainnya akan kembali lagi pada kita melalui jalur yang tak selamanya sama.
Cerita singkat dari kampung halaman. Keluarga kami mendapat daging sapi dari peringatan Idul Adha di lingkungan sekitar. Bahkan daging korban tersebut sampai diantar ke rumah. Bukankah itu adalah satu kebaikan yang diterima keluarga kami?
Lalu adikpun tidak mendiamkan daging tersebut. Dia memasak daging sapi menjadi rendang yang empuk dan lezat. Rendang tersebut untuk dikonsumsi bersama Ibu dan juga keponakan yang datang berkunjung.
Adik saya sudah menyalurkan kebaikan tersebut. Bukan hanya itu, dia juga membungkus sebagian rendang dan diberikan pada keluarga kakak yang tinggal agak jauh dari rumah. Kebaikan dari rendang sapi itu berlanjut dinikmati keluarga kakak.
Jika memang bisa berbuat baik maka lakukanlah itu. Jangan menunda-nunda pun jangan menahan-nahan. Kita tidak pernah tahu apakah masih selalu ada kesempatan baru untuk berbuat baik. Â
Ada banyak kisah yang saya dengarkan tentang orang-orang yang sangat ingin berbuat baik namun tak berdaya karena tidak ada kesempatan yang Tuhan berikan. Jangan sampai ini terjadi pada kita.
Peka melihat kesempatan berbuat baik yang Tuhan tunjukkan pada kita dan lakukanlah. Namun jangan memaksa orang untuk menerima kebaikan kita.Â
Adik juga bercerita kalau ada juga yang menolak rendang yang telah dimasaknya susah payah. "Ya sudah," katanya pada saya. "Kalau tidak mau, ya tidak jadi kukasi."
Kisah sederhana tentang lingkaran kebaikan ini ingin saya akhiri dengan sebuah cerita di masa lalu yang saya baca di sebuah buku kecil. Maaf dalam buku tersebut hanya tercantum unknown/tidak dikenal siapa yang menulis.
Kisahnya begini. Seorang anak berterimakasih setelah mendapat kebaikan dari mamanya. Bajunya yang robek dijahit sehingga tidak berlubang lagi. Dia mengucapkan terima kasih. Mamanya sangat bijaksana dan menjawab. "Lanjutkan kebaikan itu Nak."
Artinya jangan sampai kita mendekap erat seorang diri segala kebaikan yang sudah kita terima namun salurkanlah pada sesama.
Ingat satu kebaikan yang dilanjutkan terus dan terus pada akhirnya akan menciptakan sejuta kebaikan. Dengan catatan jika tidak pernah putus  untuk dilanjutkan. Iya biarlah lingkaran kebaikan itu terus kita hadirkan pada lingkungan sekitar.
Dengan menuliskan kisah ini, tentang rendang yang dimasak adik saya, saya juga sedang membagikan kebaikan lainnya pada pembaca. Membagikan rendang pada keluarga sepertinya sederhana, namun itu bermakna karena dilandasi cinta.
"Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." Dikutip dari salah satu ayat dalam Kitab Suci yang dipercayai kebenarannya oleh penulis.
Salam sejuta kebaikan
...
Written by Ari Budiyanti
22 Juli 2021
Tulisan ke-66 di bulan Juli
Karya ke-1687
#SejutaKebaikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H