Pada bulan Oktober 2020, Kompasianer Mas Wuri Handoko menulis artikel menarik tentang 3 kompasianer wanita yang dijuluki Srikandi Puisi di Kompasiana. Mereka adalah Kompasianer Bu Fatmi Sunarya, Mbak Hera Veronica, dan Ari Budiyanti.Â
Nama pada urutan ketiga di atas adalah penulis artikel ini. Artikel Srikandi Puisi Kompasiana adalah bentuk apresiasi dari sesama rekan Kompasianer. Salah satu pengakuan bagi tiga pemuisi yang rajin muncul di kanal fiksiana hampir setiap hari.
Saya masih terus berpuisi hingga hari ini. Bahkan aneka tema sudah saya sajikan. Hal menarik saya alami beberapa hari lalu ketika berkelebatan ide mengenai alam semesta. Entah mengapa saya langsung berpikir tentang empat elemen atau unsur yang ada di bumi.Â
Tunggu dulu, sebelum saya lanjutkan, apakah anda ingat film Avatar? Berikut saya kutip sebagian info tentang film ini dari Wikipedia:
Dalam serial animasi televisi berjudul Avatar: The Last Airbender, Pengendalian unsur merupakan suatu bentuk ilmu sihir fiktif, dimana orang tertentu mampu mengendalikan dan memanipulasi suatu unsur. Dalam cerita, empat unsur yang mampu dikendalikan adalah air, tanah, api, dan udara.Â
Setiap elemen dihubungkan dengan jenis pengendalian tertentu: Pengendalian air, Pengendalian tanah, Pengendalian api, dan Pengendalian udara. Selain itu, setiap jurus pengendalian berdasarkan pada jenis ilmu bela diri yang berbeda-beda, dan setiap jenis pengendalian memiliki budayanya sendiri.
Puisi pertama yang saya buat adalah "Â Percakapan dengan Hujan."
Hujan dalam hal ini pasti dikaitkan dengan air. Apalagi di daerah tropis seperti Indonesia, hujan air bukan salju. Saya mengolah percakapan dengan hujan sedemikian rupa. Puisi ini mengajak pembaca berimajinasi jika bercakap-cakap dengan hujan.
Dalam puisi "Percakapan dengan Angin", saya mengajak pembaca melihat bahwa angin memberikan manfaat pun kadang mendatangkan bencana. Namun demikian harus tetap bersyukur atas keberadaan angin.
Puisi ini saya buat pada hari yang sama.
Seru juga berbalas puisi dengan rekan kompasianer.
Selanjutnya saya menulis puisi ketiga masih pada hari yang sama tentang Percakapan dengan Api.
Puisi ini juga membuka kenyataan kalau api itu kadang bisa sangat berbahaya jika dalam skala besar. Kebakaran bisa terjadi dan melahap semua harta benda. Semoga hal ini dijauhkan dari kita semua.
Hal yang membahagiakan lagi, saya mendapati kategori terpopuler Fiksiana ada 3 puisi saya secara bersamaan.Â
Sebagai kompasianer yang tulisannya jarang diberi label artikel utama, pencapaian dalam foto di bawah ini sudah memberi semangat tersendiri untuk giat berpuisi.
Bagaimanapun kita sebagai penghuni bumi harus bisa menjaga kelestarian tanah. Memang puisi-puisi saya ini murni mengangkat tema alam semesta. Jadi tidak ada maksud khusus apapun. Tidak ada kaitannya dengan Film Avatar.
Saya pada awalnya ingin menutup serial puisi percakapan. Namun berikutnya saya teringat ada bagian alam lainnya yang juga dekat dengan kita sepanjang hari.
Betul sekali. Cahaya menjadi tema puisi terakhir di hari yang sama.
Menulis 5 puisi pada hari yang sama dan diberi label pilihan editor semuanya. Meskipun kebahagiaan menulis puisi tidak saya letakan sepenuhnya pada label  pilihan dari admin Kompasiana.
Ini adalah contoh-contoh karya puisi saya yang bertemakan alam. Kita bisa mendapatkan inspirasi menulis puisi dari sini, bumi tempat kita tinggal.Â
Mari kita bersyukur kepada Tuhan atas alam semesta yang ditopang-Nya setiap waktu, detik demi detik. Anda pun saya juga akan selalu dijagai dan dipelihara dengan baik oleh Pemilik alam semesta ini.Â
Maka bersemangatlah selalu dalam menjalani kehidupan. Jangan putus asa apalagi sampai menyerah. Tetap kuat dan sehat.Â
Salam hangat puisi hati Ari Budiyanti
..
Written by Ari BudiyantiÂ
28 Juni 2021
Artikel ke-1617
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H