Dalam puisi "Percakapan dengan Angin", saya mengajak pembaca melihat bahwa angin memberikan manfaat pun kadang mendatangkan bencana. Namun demikian harus tetap bersyukur atas keberadaan angin.
Percakapan dengan Angin (dokpri)
Kedua puisi ini memberikan ruang pada tiap pembaca untuk seolah-olah bercakap-cakap dengan angin. Admin Kompasiana juga bermurah hati membagikan kedua puisi ini dalam akun media sosial facebook dan tweeter.Â
Puisi ini saya buat pada hari yang sama.
Percakapan dengan Angin (dokpri)
Puisi Percakapan dengan Angin mendapatkan perhatian dari seorang teman, mbak Dewi Leyly. Puisi ini memberi inspirasi puisi balasan berjudul:
Puisi Dewari Serial: Sapa Angin pada Jelita.
Seru juga berbalas puisi dengan rekan kompasianer.
Respon Puisi Berbalas karya Mbak Dewi Leyly (dokpri)
Mbak Dewi, demikian saya menyapa teman saya ini, membuat puisi  yang sangat indah. Anda bisa baca langsung di puisinya.
Selanjutnya saya menulis puisi ketiga masih pada hari yang sama tentang Percakapan dengan Api.
Percakapan dengan api (dokpri)
Api adalah
unsur bumi yang lainnya. Panasnya api bisa bermanfaat dalam banyak hal. Seringkali kita lupa bersyukur dengan keberadaan api. Padahal sehari-hari kita berkutat dengan api. Khususnya ibu-ibu yang memasak di dapur menggunakan kompor gas.Â
Puisi ini juga membuka kenyataan kalau api itu kadang bisa sangat berbahaya jika dalam skala besar. Kebakaran bisa terjadi dan melahap semua harta benda. Semoga hal ini dijauhkan dari kita semua.
Percakapan dengan Api (dokpri)
Puisi ketiga ini juag dibagikan kembali dalam medsos FB dan tweeternya. Jadi dalam 1 hari ada 3 puisi yang dibagikan oleh admin Kompasiana.Â
Hal yang membahagiakan lagi, saya mendapati kategori terpopuler Fiksiana ada 3 puisi saya secara bersamaan.Â
Lihat Hobby Selengkapnya