Hai Diary, daku mau curhat ya. Sebenernya harapanku, curhatan ini ditanggapi sama admin Kompasiana. Tapi entahlah, daku tak tahu Diary, apa kisahku ini akan dibaca dan ditanggapi admin.
Begini loh Diary. Daku menulis di Kompasiana sudah masuk tahun kedua dan bulan keenam, alias 2 tahun 6 bulan. Diary, bukankah itu cukup lama. Menurutku sih iya.
Diary, daku ini ada rasa sedih dan kecewa di hati. Memang daku sedang belajar mengolah rasa ini. Masa ya Diary, dengan pencapaianku selama 2 tahun lebih 6 bulan, akunku di Kompasiana masih juga centang hijau. Di sini daku merasa sedih Diary.
Kamu tahu kan Diary, di Kompasiana sudah tercatat, dalam statistik yang bisa dicek di profile-ku, sudah ada 1.550 tulisan loh dan ini tulisan ke 1.551. Wah angka cantik ya Diary. Itu banyak apa dikit Diary?
Diary, dari 1.551 tulisan, sudah ada 1.084 yang dilabel pilihan editor. Banyak ya, udah di atas 1080. Tapi Diary, memang sih daku hanya dikasi 13 artikel utama selama 2 tahun 6 bulan ini. Sedih ya Diary?
Padahal ya Diary, daku ini sudah mencapai kategori penulis dengan pencapaian poin sebagai Fanatik di Kompasiana. Wah, wah, udah Fanatik, tapi masih juga centang hijau. Kasihan ga Diary?
Diary, kamu perhatikan ga, banyak loh teman-teman Kompasianer yang sudah centang biru meski jumlah artikel belum ada 100 di Kompasiana. Malahan ya, tulisan mereka yang dilabel pilihan editor juga belum nyampe 100.
Kadang daku bingung Diary. Apakah kriterianya harus banyak Headline ya biar bisa dapat centang biru meski mungkin masih masuk kategori poin Taruna. Sebenernya kan masih jauh yah itu dari Fanatik. Hehe.
Di catatan statistikku, poin terbanyak memang dari vote teman-teman Kompasianer juga. Artikelku sering masuk kategori Nilai Tertinggi (NT). Bukan hanya itu, daku juga sering saling berbalas komentar dengan rekan-rekan Kompasianer.
Makanya Diary, apa daku ada salah ya sama Kompasiana, sampai pencapaianku dalam berkarya di sini tidak pantas diberi verifikasi akun centang biru? Di sini loh daku merasa sedih Diary.
Tidak apa ya Diary, namanya juga curhat. Sekali-kali daku mengolah rasa kecewa ini dalam tulisan ya.
Nah Diary, daku sudah nulis banyak kategori loh di Kompasiana. Kisah gerakan literasi yang kulakukan juga banyak kuceritakan di sini. Dengan harapan menginspirasi para pembaca untuk bisa giat juga berliterasi dan mengedukasi.
Diary, apa yang salah denganku ya di Kompasiana sehingga seolah pencapaianku itu tak juga dipandang admin untuk bisa memberikanku verifikasi centang biru. Hiks daku sedih Diary.
Bahkan pertanyaanku lewat email minta penjelasan mengenai hal ini, belum juga dibalas sama admin Kompasiana. Daku jadi merasa seperti diperlakukan "berbeda" loh Diary. Ah, semoga ini hanya rasaku saja ya Diary.
Dalam 1 hari, daku sering loh menulis sampai 3 puisi. Sering kali semuanya dilabel pilihan editor sama admin. Seneng sih Diary kalau begini. Coba Diary, kalau kamu jadi daku, seneng ga? Beneran kayak fiksianer sejati ya Diary.
Dalam puisi pun daku mencoba mengedukasi pembaca. Pada bulan Oktober 2020, daku banyak berpuisi dengan kosakata baru dari KBBI yang jarang digunakan. Iya untuk memperkaya literasi pembaca juga. Sebagai persembahanku untuk literasi di bulan bahasa.
Daku juga pernah berpuisi dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (dalam 1 puisi) sampai ada beberapa puisi dua bahasa yang daku tulis di Kompasiana. Tujuanku sederhana, mengedukasi melalui karya puisi.
Terakhir ya Diary, di bulan Mei 2021, daku banyak berpuisi tentang hari peringatan nasional dan internasional. Bahkan ada 1 puisiku yang hampir dapat 1000 views loh. Itu puisi tentang Hari Bidan internasional.
Tulisanku yang ke 1551 ini, sebagai sebuah perayaan karya tulisan selama 2 tahun 6 bulan di Kompasiana. Malah daku jadikan tulisan curhat ya Diary. Mereka yang 15 kali lipat jumlah total tulisannya di bawahku, bisa dengan lancarnya dapat verifikasi centang biru.
Mereka yang jumlah total tulisan label pilihan editornya 10 kali lipat dibawahku juga mudah saja dapat verifikasi centang biru. Dan mereka juga belum lama menulis di Kompasiana. Diary, daku pengen nangis nih jadinya kalau diterus-terusin nulis. Hiks.
Udahan ya Diary. Daku ga mau sih banding-bandingkan diriku dengan kompasianer lain, daku hanya ingin dapat penjelasan dari admin saja. Mengapa dengan statistikku yang begitu, daku masih belum bisa meraih verifikasi centang biru?Hiks lagi.Â
Jadi pengen ke Paris yang romantis buat menulis. Dhuh apa hubungannya ya.
Ah Diary, apakah daku harus pergi  dan berhenti di angka 1551 dari Kompasiana? Sampai seserius itukah? Semoga tidak ya Diary. Oh ya Diary, bilangin sama teman-teman Kompasianer ya, daku tidak sedang iri sama mereka.Â
Bukan salah mereka juga koq dapat centang biru dengan  lebih cepat. Kan itu dari admin ya. Semoga mereka ga kesel baca curhatanku ini.Â
Kita tetap teman kan Diary, daku, kamu, dan teman-teman kompasianer. Iya, mungkin juga tulisan-tulisan mereka menghantar lebih cepat menuju verifikasi centang biru. Who knows?
Daku hanya sedang mempertanyakan kebijakan admin saja mengenai verifikasi centang biru untuk sebuah akun di Kompasiana.
Itu aja koq Diary. Lega rasanya udah curhat. Semoga semua selalu sehat dan semangat.
Bye for now Diary
Salam Diary Ari
...
Written by Ari Budiyanti
27Mei 2021
Artikel ke 1551
...
Daku = aku = saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H