Menulis menjadi kegemaran saya sejak lama. Kumpulan tulisan terbanyak adalah karya fiksi. Berawal dari 1 artikel pada 1 Desember 2018 kini telah menjadi 1.111 pada 24 Oktober 2020.Â
Itu perjalanan menulis di Kompasiana yang saya ceritakan dengan super singkat. Sebagai penulis puisi, pada bulan pertama di Kompasiana saya mempersembahkan 100 puisi. Kini sudah tak terhitung lagi  banyaknya.
Menurut penuturan dari Bapak Rudy Gunawan, sang numerolog pertama di Indonesia, saya mendapatkan informasi berikut ini. Angka 1 melambangkan ekspresi diri. Sementara menuju angka 1.111 yang jika dijumlahkan menjadi 4 menuju kestabilan.
Selain itu, angka 4 juga melambangkan sebuah kerja keras dan kedisiplinan. Setidakmya itu yang saya dapatkan dari Beliau. Entah mengapa saya tiba-tiba menanyakan arti angka 1.111 kepada Beliau.
Baiklah, saya akan ambil pelajaran dari pencapaian saya ini. Artikel pertama saya berupa puisi berjudul Ketika Alam Marah merupakan sebuah ekspresi saya di Kompasiana. Satu langkah awal membuka karya saya untuk menjadi konsumsi umum sebagai ekspresi diri.
Jika sekarang artikel saya sudah mencapai jumlah 1.110 artikel, tentunya saya membutuhkan disiplin dan juga kerja keras. Jika tidak demikian, artikel ke 1.111 tidak akan pernah tercapai.Â
Tepat bersamaan dengan bulan lahir Kompasiana, dan juga peringatan bulan bahasa, saya menulis artikel ke 1.111. Seribu seratus sebelas artikel sudah saya tulis di Kompasiana.Â
Almarhum Bapak saya salah satu sumber inspirasi dalam karya-karya saya. Beliau sempat memberi motivasi pada saya, jika ingin menjadi penulis, menulislah. Meski Beliau tidak bisa melihat pencapaian saya sekarang, bangga selalu saya rasakan bila mengenang Bapak.
Setidaknya, pernah satu kali dalam hidup saya, Bapak melihat karya tulisan saya dimuat di media online. Saya mendapat kiriman hadiah  tabloid dan surat pemberitahuan pemuatan artikel. Bapak saya yang menerimanya di rumah dan memberi selamat.Â
Sebuah kisah saat saya masih seorang mahasiswa. Kenangan manis bersama Bapak.
....
Saya lanjutkan kisah di Kompasiana.
Bagaimana caranya menjaga konsistensi menulis hingga bisa mencapai 1.111 artikel di Kompasiana?
Ini pengalaman saya pribadi, bisa saja tidak sama dengan Anda.
1. Mencintai menulis
Hal utama yang saya lakukan adalah menulis dan menulis lagi, semata-mata adalah karena saya mencintai menulis. Tidak ada yang memaksa saya atau membebani saya. Terasa sangat bebas dalam menulis. Saya menikmatinya.
2. Segera menulis begitu inspirasi datang
Langkah berikutnya adalah mengumpulkan inspirasi yang bisa berasal dari mana saja. Ketika inspirasi datang, hal pertama yang saya lakukan adalah menulis saat itu juga.Â
Seandainya tidak memungkinkan, buatlah catatan ide dan garis besar atau pokok pikiran yang berkaitan dengan inspirasi. Setelah waktu memungkinkan, baru kembangkan jadi tulisan baru.
3. Pastikan tulisan menginspirasi sesama dan biarkan saja di sana (Jangan dihapus)
Ini yang saya coba lakukan di Kompasiana. Saya menulis dan berharap tulisan saya menginspirasi. Seandainya pun tidak ada label pilihan dari editor Kompasiana, saya membiarkannya tetap ada di sana.Â
Saya berharap tulisan tersebut bermanfaat bagi sesama. Jadi saya tidak menghapus tulisan saya hanya karena tanpa label dari editor .
4. Tahan mental terhadap pendapat "miring" atas tulisan saya
Ini bukan hal mudah. Saya bukan orang yang berhati kuat sehingga bisa menahan setiap pendapat miring orang lain pada tulisan saya. Pendapat miring yang saya maksud adalah semacam mengatai-ngatai tulisan saya seperti: tidak berkualitas, terlalu biasa dan lain-lain.Â
Kata-kata yang bisa menurunkan semangat menulis, saya kategorikan pendapat miring. Bisa jadi memang tulisan saya demikian, tapi jangan jadikan alasan untuk berhenti. Melaju terus dan kembali ke nomor 1, mencintai menulis.Â
Teruslah belajar untuk memperkaya diri dan memperbaiki isi tulisan. Harapan saya bisa semakin hari menginspirasi.Â
5. Mengapresiasi pencapaian tulisan sendiri
Ini yang saya lakukan pada tulisan secara pribadi, mengapresiasinya. Meski saya tidak mendapat apresiasi dari orang lain sekalipun, saya memberi ucapan selamat pada diri sendiri untuk keberhasilan saya dalam mengunggah tulisan per hari.
Jika beruntung mendapat label, saya memberi selamat pada diri sendiri. Terlebih jika masuk kategori Nilai Tertinggi dan Terpopuler di Kompasiana, saya mengabadikannya. Setidaknya itu cara saya menyemangati diri.Â
Sebagai penulis yang artikelnya jarang dapat label headline atau artikel utama, saya termasuk paling jarang dapat ucapan selamat di group-group Kompasianer. Makanya saya sering memberi selamat pada diri sendiri.
Misalnya, selamat ya hari ini sudah menulis. Selamat ya artikelku masuk NT. Selamat ya artikel masuk terpopuler kategorinya. Mungkin ini seperti hal sepele tapi berarti buat saya.
Tanpa mencoba menyemangati diri sendiri, bisa jadi saya sudah lama tidak semangat lagi dalam menulis dan artikel ke 1.111 tidak akan pernah tayang. Bagaimana menurut Anda?Â
Jangan menunggu orang lain menyemangati kita terus menerus. Jadilah penyemangat diri sendiri. Lalu semangatilah orang lain untuk juga menulis. Jadilah inspirasi bagi sesama.Â
6. Temukan komunitas-komunitas yang mendukung kegiatan menulis
Seperti yang saya sampaikan di atas, saya bukan orang berhati kuat yang bisa sendirian berkelana di dunia literasi. Saya membutuhkan para sahabat yang memberi semangat. Saya menemukan komunitas-komunitas yang saling menginspirasi dan memberi semangat menulis.
Ini juga yang membuat saya masih bisa bertahan menulis di Kompasiana hingga saat ini. Saat hati lemah, ada sahabat yang menguatkan. Jadi temukan juga komunitas Anda dalam menulis. Semangat.
...
Bagi saya menulis juga memberi kelegaan tersendiri atas masalah dalam hidup. Kepenatan dan beban yang mengiringi perjalanan bisa sedikit berkurang. Menulis bisa menolong saya menjaga dan menyeimbangkan kesehatan mental.Â
Bicara tentang kesehatan, bukankah hari ini juga diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Saya sekalian mengucapkan ini untuk semua dokter di Indonesia. Baik dokter gigi maupun dokter umum. Semoga para dokter juga terus dilimpahi kesehatan, ketabahan dan kekuatan.
Mari kita jaga kesehatan kita. Salah satu cara saya adalah dengan menulis. Menulis mampu membuat saya ternyata tetap sehat di kala pandemi. Setidaknya ini pengamatan saya secara pribadi selama ini.Â
Work from home bagi saya sebuah tantangan besar karena sosialisasi saya jadi sangat terbatas. Jika tidak pandai menjaga kesehatan mental, saya bisa terbawa oleh pusing sendiri. Syukur kepada Tuhan, saya bisa menjaganya dengan rutin menulis.Â
Ini kisah saya di artikel ke 1.111 hari ini. Semoga berguna bagi para pembaca. Selamat berakhir pekan dan mari saling menginspirasi melalui karya tulisan.Â
Salam literasi
....
Written by Ari Budiyanti
24 Oktober 2020
Artikel ke 1.111
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H